"Jangan nangis mulu!" Gemintang berhenti berjalan, membalikkan badannya untuk mengawasi perempuan yang menangis tanpa suara di belakangnya. Gemintang bisa merasakannya. Dia mendekat ke arah Kuda Nil, mendekatkan tubuhnya, menatap tajam mata gadis itu. Mata mereka bertemu.
"Lu tau? Gue paling benci cewek lemah!" bisiknya. Kemudian melihat mata berair miliknya. Mata indah itu. Canggung--Gemintang melepas tas yang ia pakai dan melemper dengan kasar pada gadis di hadapannya. "Bawa tas gue daripada nangis mulu! Lagipula enggak ada yang peduli juga lu mau nangis kayak apa," katanya.
Ia kembali berjalan mendahului Kuda Nil. Ada apa sih dengan gadis itu? Mengapa dia tidak pernah melawan?! Memangnya kalau seperti itu agar dibilang apa? Entah dia yang memang benar-benar tidak bisa melawan atau dia memang gadis tolol yang pernah Gemintang temukan.
Lihat saja sekarang, dia menangis di belakang Gemintang dengan membawa tasnya, seolah-olah Gemintang yang membuatnya menangis! Astaga.
Harusnya Gemintang pulang naik motornya sekarang, namun apa daya--bensin di kendaraannya habis, Gemintang harus bekerja hari ini di toko beras lagi agar kebutuhannya tetap terjaga. Gaji dari manggung di kafe milik Rangga masih nanti di awal bulan. Gemintang masih punya kehormatan untuk tidak meminta, dia tidak suka dikasihini.
Aduh, mengapa dia malah berjalan bersama Kuda Nil ini, sih?!
Jalannya lambat sekali, benar-benar mirip kuda nil. Dia jauh tertinggal di belakang. Gemintang kesal, dia berteriak.
Dia masih terus berjalan, memeluk tas milik pemuda itu--mendekat.
"Maaf."
Gemintang terkekeh. Maaf buat apa coba? Aish, dia tidak boleh salah paham dengan yang barusan. Gemintang menjaga martabatnya. "Oh, iya. Gue paling nggak suka nama gue dipake jadi alasan, jadi jangan pikir gue belain lu tadi, ya. Denger, nggak?!" katanya.
"Enak ya punya temen, Gemintang?" Tiba-tiba dia bertanya.
"Biasa aja."
"Aku cuman mau punya temen doang, nggak usah banyak-banyak," katanya. Menyeka air mata. "Kenapa itu susah banget, ya?"
"Buat apa punya temen?"
"Kamu bahkan nggak bersyukur akan itu?"
"Punya temen cuman bikin repot." Matanya tajam. "Lagian buat apa doa kayak gitu? Lo kesepian?"
"Kamu tau apa soal kesepian?"
Gemintang terkekeh. Meninggalkan Bulan di belakang kembali.
Dia mengejar Gemintang, masih memeluk tas pemuda itu di dekapannya. "Kalau aku kesepian, emangnya kenapa?!"
"Perasaan lu di sini berdua sama gue, dah, di mana letak kesepiannya?" Gemintang bercanda. "Udah gila lo ya?" Memangnya tahu apa soal kesepian? Gadis itu meremehkan Gemintang. Memangnya dia tidak tahu kalau Gemintang itu ahlinya kesepian? Dia cuman satu bintang yang ingin diperhatikan.
"Denger ya, arti seorang temen yang cewek lemah kayak lu nggak akan tahu. Mereka cuman dateng saat ada butuhnya, tapi kalau sudah tercapai--lu cuman perlu balas lambain tangan mereka yang pergi ninggalin lu."
"Jadi maksud kamu temen itu enggak penting?"
Gemintang mengangguk. "Cuman bikin susah."
Sekarang matanya melotot. Menatap Gemintang penuh emosi. "Omongan kamu nyakitin tau, nggak?"
"Emang itu kenyataannya."
"Kalau aku jadi temen kamu, aku bakal sakit hati, Tang."
"Lo serius banget, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
Teen FictionROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...