Rasi bintang itu benci air luas yang ada di bumi, rasa benci itu mengakar sejak lama di dirinya tanpa ia sadari. Samudra bukan cuman bajingan tengik yang ia mau pukuli setiap hari, kalau ada lagi selain ayahnya yang ia ingin lenyapkan dari bumi, itu pasti Samudra, yang kata orang-orang baik hati.
Samudra itu lebih tampan daripada Gemintang, Samudra itu enggak pernah menyakiti orang lain, Dia bahkan rela tidak masuk sekolah untuk menemani seekor anak kucing yang tertabrak mobil di rumah sakit. Tidak seperti Gemintang yang senang berkelahi dan membuat semua berteriak marah memanggili. Gemintang cuman mau bebas, melakukan sesuai apa yang ada di hati.
Samudra itu baik, dia pintar, dia tampan, dia ramah, itu kata orang-orang. Dan Gemintang yakin, orang-orang ini cuman tolol. Mereka tidak bisa melihat betapa brengseknya pria itu di hati mereka.
Gemintang membencinya sampai mati, meski Samudra selalu memasakkan makanan terenak yang pernah ia makan ketika Bunda tidak bertanggungjawab kepada mereka, meski Samudra selalu menggendongnya setiap kali ia berkelahi dan menangis sejak kecil, dan walaupun Samudra tidak pernah melawan jika ia pukuli kala mereka kecil. Gemintang tetap membencinya. Selalu.
Namun ketika pesan dari sahabatnya--Mario--hadir, mengatakan bahwa dirinya harus melihat Abangnya di gang paling sepi dan buntu di dekat sekolah, Gemintang sadar itu bukan hal biasa. Bukan hal biasa bila berkaitan dengan sahabat-sahabat gilanya sekarang.
"Brengsek."
Maka ia lupakan kebun binatang. Ia lupakan hati kecil yang menantinya. Ia bergegas menyalakan mesin motor lalu memutar balikkan kendaraannya dan melaju pergi meninggalkan hati paling kecil yang selalu ada di hatinya.
"Abang Tatang, mau kemana?!"
Tidak ada sahutan. Hanya panas matahari yang menusuk mata, meski air mata menjadi pelindung paling kokoh di mata sang pria.
"ABANG?!" teriak bocah kecil itu.
Suara motor paling kencang. Tidak peduli lagi. Ini Samudra--abangnya. Orang yang paling ia benci.
...
"Di mana Samudra?!"
Ia cengkram kuat kerah baju Rangga yang sedang tertawa dan berlari pergi dari jalan sempit itu. Mereka semua terkejut--terdiam melihat Gemintang ada, namun tak lama. Rangga tertawa.
"Mana gua tau? Emang gua ibu lo?!"
"Gua serius, Brengsek!" Semakin kuat mencengkram.
Maka yang di cengkram tidak mau kalah, ia lepaskan kuat cengkraman di kerahnya dan mendorong bahu kiri Gemintang. "Gua enggak ada urusan sama saudara lo, Tang," katanya. "Lagipula sekarang gua lagi males namparin pipi lo lagi, Tang." Sambil menepuk-nepuk pipi Gemintang.
"Lagi baik, nih, kita, Tang." Disusul tawa Nata di belakangnya. "Ya, nggak, Yo?" Dia mengusap kepala Mario. Yang diusap diam saja. Seseorang yang sudah mengirimi pesan pada Gemintang.
Gemintang melihat Mario. Menatapnya penuh kesedihan. Tertawa. Menertawai sesuatu agar tidak ada rasa sedih di palung paling dalam hatinya.
Cengkraman di kerah itu kembali lagi. Gemintang membuat peringatan. "Lo ganggu Samudra, gua enggak akan maafin lo, Rang," jelasnya. Singkat. "Lo mati sama gua." Ia lepaskan cengkraman itu, pergi, mau mencari Samudra. Memastikan tidak terjadi apa-apa.
Namun satu suara, satu tawa kembali muncul di telinganya. "Harusnya lo inget apa yang lo pertahanin, Tang."
Ia tertawa lagi. Berjeda. "Pacar terlarang lo?" katanya. "Ibu Dini." Tersenyum miring. Mengejek. "Lo mau buat dia berhenti jadi guru? Lo mau ancurin hidup pacar lo, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
أدب المراهقينROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...