Bintang ngambek. Anak kecil itu marah-marah seharian karena Gemintang berbohong akan mengajaknya ke kebun binatang. Sang kakak pun sama, mengapa Gemintang tiba-tiba pergi begitu saja saat sudah berjanji?
Jika dia mengingkari janji dengannya saja sih tidak apa. Namun jangan pernah ingkari janji dengan anak kecil, 'kan?--dengan Bintang. Bagaimana bila ia tidak dipercaya sama Bintang? Masa bodoh lah jika nanti Gemintang tidak dipercayai lagi semua omongannya. Untuk apa Bulan peduli?
Namun kala laki-laki itu datang ke kelas, merangkul dan membantu berjalan pangerannya dahulu yang membuat ia bertahan ada di sekolah--Bulan jadi tahu sesuatu--ia sadar--Gemintang tidak seperti itu. Laki-laki itu memang seburuk apa yang orang-orang pikirkan--dia brengsek, Bulan setuju. Namun Gemintang juga orang yang punya rasa sayang, 'kan?
Niat meninju pipi Gemintang sampai merah karena telah berbohong pada adiknya pun sirna. Ditelan oleh kekaguman--cahaya terang dari dalamnya.
...
"Gua sama dua orang tolol ini numpang duduk, ya!" izinya pada Bulan yang duduk sendirian seperti biasa di kantin--jika Gemintang tidak datang untuk meminta makanan.
Bulan diam saja kala ia lihat Romeo dan Gemintang membantu Samudra yang kesulitan untuk duduk sekalipun. Ia ingin bertanya pada Samudra mengapa? Apa yang terjadi dengan kakinya? Apa itu sakit?
Bulan termangu. Semua pertanyaan itu ia telan dalam hati. Karena Bulan tidak ingin menyakiti hati lagi--ia berjanji tidak akan menjadi menjadi penyakit bagi orang lain. Dia harus kuat. Dengan semua yang sudah terjadi--Gadis bodoh ini tahu, 'kan apa yang harus ia lakukan?!
"Lu mau gua beliin apa?" Laki-laki itu bertanya pada seseorang yang mukanya sama.
"Mi ayam tiga." Romeo menceletuk.
"Gua enggak nanya lu, ya, kunyuk!"
"Lah itu emang kesukaan Samudra sama gua ya. Wah, kacau lu jadi adek, Tang."
"Sok tau."
Samudra mengiyakan mi ayamnya. "Satu buat gua, dua buat Romeo."
Romeo tertawa. "Nah, kan, batu si lu!"
"Lu makan banyak banget."
"Orang ganteng kayak gua emang makannya banyak."
"Najis," umpatnya. "Cakepan juga gua." Tidak mau kalah narsis.
Bulan mau muntah mendengar perdebatan mereka. Serius, bakso tusuk yang selalu ia beli rasanya mau keluar bulat-bulat dari tenggorokannya yang kecil ini. Sejak kapan mereka menjadi teman, ya? Astaga, bukankah lebih baik jika ia dicium sama monyet daripada melihat dua orang paling narsis di sekolah berdebat?
"Lu mau apa, Kuda Nil?"
"Enggak." Ketus.
Akhirnya dia pergi, ke gerai mi di sana. Meninggalkan Bulan bersama Romeo dan Samudra di hadapannya. Entah hal mengerikan apa yang akan terjadi. Namun Bulan tahu, ketika Romeo--versi lebih baik dari Gemintang--membuka mulutnya, sesuatu yang buruk pasti terjadi.
"Lan, liat dah ketua kelas kita!" katanya. "Keren banget, kaki dikit lagi mau diamputasi aja masih sempet bela-belain ke sekolah. Bukannya istirahat!"
Samudra menjewer kuping Romeo. "Otak lu yang entar gua amputasi."
Laki-laki itu mengaduh. "Sakit!"
"Ujian sebentar lagi, Yo."
"Bener juga sih." Sambil mengelus kupingnya yang merah. Kemudian panik. Membuat jantungan. "Waduh, pacar lu sama dayang-dayangnya dateng, Dra," ucapnya. "Eh, Lan! Ngumpet Lan! Bisa perang dunia lagi ini mah!"
Hah? Mengapa jadi tiba-tiba Bulan yang harus bersembunyi? Bukankah dia pemilik meja ini sebelumnya? Namun apapun itu, yang dikatan Remeo benar. Dia memang benar-benar tidak tahu diri jika harus bertatapan dengan orang yang sudah ia sakiti. Bulan harusnya malu pada dirinya sendiri.
Akan tetapi denga cepat, mereka datang--teman-temannya. Menghampiri Samudra. Bertanya bagaimana keadaannya, semua pertanyaan yang seharusnya ditanyakan, dan semua pertanyaan yang tidak berani gadis bodoh ini katakan.
"Kaki kamu masih sakit?" Ia cek kaki yang terperban itu. Dengan penuh cinta ia berikan pada pemuda di depannya. Sedih, teramat menyedihkan hati gadis yang mengamati pemandangan saat ini.
"Kamu mau makan apa?" Si perempuan terlihat sangat peduli. Dia duduk di sebelah sang pria. Teman-temannya yang lain menempati dua kursi yang masih tersisa di meja besar ini. Tidak menghiraukan Bulan yang duduk di sana jua.
Hingga salah satu gadis mulai mengetuk-ngetuk meja. Menatap mata Bulan dalam. Perempuan itu tahu apa yang dimaksud, dia tahu jelas perintah tidak langsung untuk pergi meninggalkan meja ini. Mengapa jadi Bulan yang harus pergi?!Mengapa bukan mereka saja?!
Semua suara emosi itu mau keluar sekarang, ingin memaki Salma yang mencoba memerintahnya--bahkan kalau bila ia harus berkelahi sekalipun seperti saat ia menumpahkan es kopi kemarin. Bulan harus melawan. Namun Bulan masih punya kelemahan--itu Cahaya--dia melihat Aya tulus menemani kekasihnya. Dia bisa lihat semua ketulusan yang ada di dirinya. Namun seperti daun sirih di daun jambu, Bulan sungguh tidak tahu diri betapa jahatnya ia membalas semua kebaikan hati gadis cantik yang selalu ia pandangi.
"Enggak perlu gua suruh, 'kan, Lan?" katanya. Salma tersenyum. "Pergi!
"Malesin banget ada pager." Yang memakan tanaman.
Audrey menyetujui. "Gerah banget, ya, Sal?"
"Iya."
Maka Bulan mulai berdiri, ingin pergi dari sini. Tidak ingin menghancurkan mimpi, mimpi seseorang yang ia sayangi. Namun Samudra lebih dulu mencoba berdiri dengan seluruh kaki. Mencoba pergi, kala ia lihat Bulan terintimidasi.
Bulan tidak perlu dikasihani. Mengapa dia sok peduli sekali, sih?!
"Yang harusnya pergi lu, Sal," bisik seseorang di antara telinga Bulan dan Salma. Kemudia berteriak. "Mi ayam nya udah dateng, lu mau pergi kemana?!"
Akan tetapi yang dipanggil tidak menggubrisnya. Dia tetep mencoba berdiri, mau pergi dari tempatnya. Gemintang berjalan ke arahnya. Memegang pundaknya.
"Makan. Gua udah beliin makanan buat lu, ya. " Kemudian memerintah. "Duduk."
Tidak ada jawaban dari angin.
"Ya?" Ia bicara pada salah satu gadis. "Bisa minta tolong buat pergi? Supaya lu sama temen-temen lu yang jahat ini enggak ngerusak suasana?" katanya jahat sekali--kepada seseorang yang perempuan itu sayangi.
Bulan benci Gemintang. Selalu.
"Gue kayak nonton sinetron." Romeo melotot, menggelengkan kepala, bertepuk tangan, mulai makan dua mi ayam miliknya.
a.n
Ini mau berapa bab lagi astaga?!!!
Sumpah mau cepet-cepet selesai, tapi saya males nulis. :( tolong beri wejangan, dong
fakta enggak lucu : Romeo adalah tokoh favorit saya kedua setelah my baby Aya.
Salam,
Seseorang Yang Membutuhkan Kapal Selam
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
Teen FictionROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...