53 • Gemintang Butuh Satelit

6.9K 1.3K 93
                                    

Seru sekali sinetron yang ia saksikan saat ini. Tiga orang munafik sedang berkelahi di depannya, pemuda itu menertawai mereka--tersenyum dari kejauhan--bersandar di pilar sekolah. Ia melihat satu tokoh perempuan berteriak memaki dua orang di depannya, tokoh perempuan yang satu lagi hanya bisa diam seperti orang idiot, dan tokoh laki-laki utama di sini sepertinya sedang merasa tampan sekali karena diperebutkan dua perempuan di ceritanya.

Gemintang hanya terus menyaksikan sampai sejauh mana ini akan berakhir. Hingga perempuan yang berbicara sedari tadi pergi meninggalkan dua orang yang ia maki, disusul laki-laki yang mirip dengannya, kemudian tersisa satu perempuan itu sendirian menangis--meski tidak bisa terdengar dari sini suaranya. Namun Gemintang yakin sekali, berkat lengannya yang senantiasa mengelap mata.

Memangnya apa yang dipikirkan perempuan bodoh itu? Memangnya jika ia menangis semua masalah akan selesai begitu saja? Laki-laki yang idamkan akan kembali memeluk dirinya? Sahabatnya akan tersenyum bahwasannya ia terima begitu saja kekasihnya diambil orang lain? Hah, Gemintang mau tertawa terbahak-bahak di depan mukanya.

Namun ketika dua orang perempuan--para sahabat putri cantik--datang sembari membawa telur dan tepung terigu dan mulai melakukan aksinya mengerjai Bulan yang masih berdiri sambil sesenggukan, Gemintang tidak terima.

"Selamat ulangtahun!"

"Eh, kamu beneran ulangtahun, 'kan hari ini?"

Tanpa jawaban.

Mereka tertawa kemudian. "Maaf, ya, Lan, kita kira kamu ulangtahun hari ini."

"Oiya, ternyata Samudra sama Cahaya emang pacaran, 'kan, Lan?" tanya salah satunya. "Kamu, sih, dibilangin sama kita enggak percaya...."

Gemintang bisa dengar itu. Apa maksudnya? Kenapa ada dua orang lain lagi yang ikut dalam drama ini? Apa hak mereka melakukan itu?! Astaga?! Gemintang mau bergerak maju--ia mengambil selang air di dekat pot tanaman lalu menancapkannya pada keran yang selalu ada di area sekoah, menuju ke arah mereka, menyemprotkan airnya--mengatakan apa yang ia ingin katakan. Namun tidak, mengapa Gemintang harus turun tangan? Biarkan Bulan yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia ingin melihat gadis bodoh itu melawan seperti ia yang melawan Gemintang setiap hari.

Akan tetapi kenyatannya jauh daripada itu, Bulan menerimanya sebagaimana ia selalu seperti itu--tanpa perlawanan. Ia berjalan menuju ke Gemintang--lebih tepatnya mau pergi ke kamar mandi sepertinya. Melihat tubuhnya yang kotor penuh dengan adonanan tepung dan telur, Gemintang tidak tega. Maka ia menyemprotkan air dari keran ketika Bulan melewatinya yang seharusnya air ini untuk dua perempuan idiot barusan.

"Awas Kuda Nil!!!"

Gemintang cengengasan saja manakala Bulan terlihat tidak peduli apapun lagi. Bahkan pada dirinya. Dia hanya terus berjalan menuju kamar mandi. Gemintang mengikuti, saat kemudian Bulan masuk ke kamar mandi dan tangisnya pecah di dalam sana.

Cahaya dari matahari menusuk hatinya. Awan sepertinya enggan melindungi pikirannya saat itu. Gemintang merasa tidak terima sama sekali mendengar tangisan seseorang yang ternyata peduli dengannya. Semenjak perempuan itu memasakkan sup dan memberinya obat saat ia sakit, ia baru tersadar bahwa selama ini ada satu orang yang ternyata juga peduli dengannya, Gemintang buta. Hingga pada akhirnya mata itu terbuka sekarang.

Angin benar-benar menerpa tenggorokannya kali ini. Dan tololnya, mengapa ia menyemprotkan air ke tubuh gadis itu?! Memang Gemintang pada dasarnya tidak punya otak, kalau dia tidak memiliki baju ganti bagaimana? Apa dia harus telanjang? Ngeri juga memikirkannya.

Maka Gemintang membuka jaket hitamnya, menaruhnya di atas sekat kamar mandi yang di dalam ada seseorang yang menerpa hati dan perasaanya sekarang.

"Gue taroh jaket gue di atas lu, nih!" Kemudian ia berlari keluar kamar mandi--takut dikira mesum. "Dipake!" teriaknya.

Gemintang menunggu di depan kamar mandi--bersandar pada tembok--menatap langit--bertanya pada matahari "Kenapa jantung gue rasanya mau copot, ya?"

...

a.n

Asik gak?

Salam,

Manusia Bodoh di Pluto

Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang