"Maaf, Lan, gua kira kepala lu ada laletnya." Setelah menoyor kepalanya.
"Mana ada lalet di pager yang suka makan tanaman, sih, Shan?"
"Oh, iya, lalet kan cuman ada di sampah, Shan."
Salma menimpali. "Enggak boleh gitu ih, Jes. Masa lu ngatain orang sampah?"
"Oh ini orang?" celetuk Audrey juga. Mereka tertawa akan kalimat itu. Menertawakan Bulan bersama-sama.
Gadis tolol ini sudah berjanji, dia tidak akan menyulitkan orang lain lagi. Dia hanya harus menahannya. Menahan amarah di hatinya. Jika pun mau, Salma, Audrey, Jesika dan Shania serta seluruh gadis di penjara kumuh ini pun bisa ia pukuli sekarang juga, persis seperti apa yang mereka lakukan padanya.
Bulan mencengkram pulpen di tangannya keras. Menahan. Ia biarkan itu semua, ia biarkan dirinya dicaci dan dimaki oleh mereka demi Aya yang duduk di kursi paling belakang. Ia biarkan tubuh dan hatinya tersakiti demi orang yang ia sayang.
Hingga terasa bila Samudra berjalan ke arahnya, wanita-wanita murahan ini memperhatikan pemuda yang berjalan itu.
"Dateng juga nih pahlawan!"
"Takut...." ejek Salma padanya.
Bulan kesal. Ia sudah pernah katakan bahwa dia tidak perlu laki-laki murahan, pergi dari hidupnya, biarkan ia sendiri. Apa belum puas laki-laki itu menerima semua makian Bulan akan kemunafikan di dalam dirinya?!
Namun ia lihat laki-laki itu berlalu saja begitu saja melewatinya dengan tertatih akibat kaki yang masih terluka—pergi meninggalkan kelas—sinar matahari menyinari wajahnya. Sedih, itu yang bisa ia lihat dari raut wajahnya. Mengapa? Mengapa wajah itu terlihat murung? Mengapa dia bersedih? Lantas mengapa gadis idiot ini masih menanyakan pertanyaan sok pedulinya?! Lucu sekali bila memikirkan pangeran murahan yang ternyata masih terselip di bagian kosong hatinya.
Sesulit itukah melupakan pangeranmu, wahai gadis tolol?
"Cowok lu udah enggak jadi pahlawan, Ya?!" tanya Shania pada Cahaya yang bangkit juga dari kursinya hendak menemani Samudra.
"Ya, biarin aja." Salma mencegah temannya. Ia genggam tangan Aya agar dia tidak pergi menemani Samudra yang pergi dari kelas. "Aya?"
Namun Cahaya terlihat tidak peduli pada Salma, ia mengejar kekasihnya—membantunya berjalan. Meninggalkan kelas yang kosong, hanya mereka. Gadis-gadis bodoh. Bulan terkekeh.
Salma terpancing. "Kenapa ketawa? Enggak ada yang lucu."
"Lucu saat Aya udah enggak peduli sama kamu, Sal."
"Hah? Lu ngomong apaan?"
"Kalo ngomong tuh dipikir dulu, Kuda Nil!" Shania menempelengi kembali kepala Bulan. Lagi. Tidak berhenti.
Tepat ketika bayangan Cahaya tidak terlihat, Bulan menarik rambut Shania keras, dia tahan beberap detik di tangannya. Membiarkan gadis itu mengerang kesakitan. Bukankah rasanya tidak terlalu sakit seperti saat ia menghajar kepalanya, 'kan?
Kemudian ia lepaskan cengkraman itu dari rambut Shania. Membuat gadis itu mundur dan memegang kepalanya yang kesakitan.
Bulan itu kuat, badannya yang dulu besar dan kekar masih bisa ia rasakan di tubuhnya yang langsing kini. Dan itu berarti dia bisa menindihi empat orang gadis di depannya sekarang.
"Bukan salah aku kalau Gemintang enggak suka kamu!" ejeknya. "Seenggaknya kalau wajah kamu enggak mendukung, perilaku kamu harusnya bener, 'kan, Shan?"
"Maksud lu gua jelek gitu?!"
"Aku enggak bilang gitu."
"Enggak usah bego."
"Ya, kalau kamu tahu kenapa kamu tanya?"
Kini Salma mendorong Bulan, melototinya dengan mata tajamnya itu. "Cahaya enggak pernah hirauin gua, lu harusnya tahu siapa yang dibuang sekarang."
"Ngeliat kejadian tadi, kalau kamu emang pinter, Sal, harusnya Aya dengerin kamu tadi. Tapi dia tetep milih cowok murahan itu, 'kan, dibandingin kamu?" Bulan menahan tangisnya. Semua kata-kata menyakitkan dari mulutnya pada Shania dan Salma membuatnya ingin menangis. Rasanya ada yang salah di hatinya kini. Tapi apa?
"Kamu enggak penting bagi Aya, Shan, sekarang." Sekali lagi, Bulan, jangan seperti itu. "Kamu cuman sampah di matanya." Bulan tertawa, air matanya turun begitu saja. Sama seperti dia, dirinya juga sampah, 'kan?
Salma terpaku, tidak bisa mengeluarkan satu katapun, atlet taekwondo itu diam. Namun Audrey yang melihat temannya tersakiti tidak tinggal diam, ia dorong Bulan, tangan itu terkepal ingin menghajar Bulan di pipinya, Bulan bersedia. Ini Audrey, gadis polos yang hanya mengikuti perasaan sahabatnya, namun dia berhenti antara memang tidak memiliki nyali atau suara Romeo yang berteriak masuk ke dalam kelas.
"Woy, bau asem ketek lu, Tang, lepasin ga!"
"Siapa suruh lu ninggalin gua!" Gemintang datang dengan kepala Romeo yang ada di ketiaknya.
...
a.n
yo yo whatsapp mamen!
Harusnya ini udah lama banget di posting, tapi saya anaknya pelupa sekali, udah pelupa, males juga, komplit banget dah minusnya.
Ges, konfliknya emang nyebelin banget, ya? Bulan enggak mau lapor kekerasan yang dia alamin karena dia sayang Cahaya, Gemintang enggak mau lapor perundungan dari Rangga dan sahabatnya karena dia sayang Bu Dini sama Mario juga! Samudra apalagi, dia mau banget laporin kasus Bulan tapi dia cinta Cahaya. Astaga. Drama banget. Hahahaha.
Kayaknya emang cerita ini bakalan sampe 100 bab. Aduh berapa tahun lagi ya selesainya???
btw, itu bisa-bisanya sekarang Gemintang sama Romeo deket—yang notabennya enggak suka sama Gemintang—karena dia 'kan sohib banget sama Samudra! Sampe dikira homo kan sama orang-orang, karena Samudra emang enggak publish Aya, atau Romeo yang hubungannya sama Ratna (bab 5 kalo ga salah!) itu enggak jelas. Oiya, Romeo bakal ada ceritanya sendiri sama Mba Ratna nanti juga (ini kayaknya wacana sih)
Omong-omong lagi, setiap bab nya emang enggak panjang cuman 500-1000 kata kok, jadi sebenernya mah, cerita ini sama aja kayak cerita wattpad yang lain ya yang 50 bab tapi tiap babnya 2000 kata. (Mencoba menenangkan diri, karena kok banyak banget babnya yailah)
Lagi-lagi, btw, aku tau cerita ini bukan pasar orang-orang wattpad pada umumnya, cerita gak normal ini kan emang ditujukan untuk orang-orang kayak kalian juga! Yang jahat. Yang enggak ada satu hati kecil pun di tubuh kalian!
Astaga kayaknya ini catetan omong kosong paling panjang, udah deh.
salam,
laki-laki biasa
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
ספרות נוערROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...