"Dra, itu Gemintang!"
Tangan kiri Samudra masih digenggam erat oleh Cahaya dan menariknya, sementara tangan kanannya asik mengelus hidung yang tidak akan mungkin menjadi mancung. Ia mengacuhkan pacarnya itu yang berteriak--dan tetap menikmati pemandangan yang terlihat dari kaca jendela mobil milik Cahaya. "Biarin," katanya. "Aku bakal seret dia pulang nanti."
"Bukan itu maksud aku. Coba kamu lihat sebentar aja ke sini!"
"Ada apaan emang? Orang lagi macet kayak gini."
"Dia naik motor," jedanya. "Sama Bulan." Matanya terbuka.
Samudra buru-buru melihat ke arah yang kekasihnya tunjukkan. Dan itu dia, benar, perempuan lucu yang selalu mencuri pandang ke arahnya sejak kelas satu SMA tengah duduk manis di atas motor milik Gemintang--adik serta musuhnya yang ia sayangi?
Bagaimana bisa?
"Ah, aku bakal nonjok Gemintang kalau sampai sekolah nanti." Cahaya menatap mata Samudra. "Berani-beraninya dia boncengin Bulan! Memangnya dia siapa? Pacarnya?!" Cahaya belum berhenti mengoceh. "Dulu-dulu dia gimana sama Bulan? Aku masih inget apa yang Gemintang buat!"
"Dia cuman sekalian berangkat mungkin." Samudra mencoba menenangkan--bukan pada Aya tetapi dirinya sendiri. Dirinyalah yang harus ditenangkan. Tapi mau sebagaimanapun ditenangkan, bagaimana bisa bocah badung kayak Gemintang mengantar Bulan sekolah? Apa ini hanya pelampiasan Gemintang? Kalau benar, Samudra akan selalu melindungi gadis lucu itu.
"Enggak mungkin, Dra! Anak kayak dia nggak mungkin 'kan nyapa Bulan, terus ajak dia ke motor, lalu jalan bareng-bareng ke sekolah? Pasti ada apa-apa! Bulan pasti mabok!"
Kekasihnya ini nyeleneh sekali. Samudra selalu tidak habis pikir.
"Bentar!" Cahaya mengejutkan Samudra. Samudra hampir pingsan.
"Ada apa, sih, Ya?"
"Kamu inget 'kan aku pernah cerita kalau Bulan pernah nembak cowok lalu ditolak gara-gara Bulan enggak cantik?--ya emang sih cowok itu enggak bilang Bulan jelek juga. Tapi tetep aja! Dari tatapan cowok itu, Bulan bisa merasa ada rasa jijik di matanya."
Kata siapa?! Itu ... tidak benar meski ada ada benarnya juga.
"Kamu inget 'kan, Dra?!"
Samudra mengangguk.
"Pasti. Udah jelas. Gemintang orangnya! Anak itu emang udah keterlaluan, dia bukan cuman enggak ada otak, tapi juga enggak punya hati!" amuknya. "Dia nolak Bulan pas Bulan masih jelek dan nerima Bulan saat dia udah cantik?! Biadab! Aku beneran bakal nonjok muka Gemintang yang jelek itu!"
"Ya. Masalahnya muka aku sama Gemintang 'kan mirip."
Cahaya cengengesan saja. "Tapi pacar aku yang paling cakep sendiri," katanya manis. "Udah jangan pisahin aku, Dra! Biar dia tau, Bulan itu enggak sendiri, dia enggak bisa macam-macam sama temennya--Aya!" Cahaya mengepalkan tangannya, menepuk di dada.
Samudra kebingungan. Tidak bisa berhenti bernapas. Tujuannya hampir dekat. Ia mengalihkan perhatian. "Pak, turun di tempat biasa, ya." Samudra berkata pada supir pribadi Cahaya.
Kemudian berhenti di tempatnya. Samudra turun. Namun Cahaya memandangi Samudra dengan mata itu. "Kamu beneran enggak mau sampai sekolah aja, Dra?"
"Kamu tahu kenapa 'kan, Ya?"
"Tapi ini udah dua tahun--kita udah kelas tiga, aku capek harus pura-pura kalau kamu bukan siapa-siapa aku di sekolah. Darah aku selalu mengalir lancar kalau ketemu kamu, kamu harus tahu itu."
"Sebentar lagi, Ya."
"Sampai kapan?"
Sampai laki-laki itu yakin bahwa Cahaya yang terbaik bagi seorang Samudra.
"Aku ngambek ah!"
Samudra mengelus rambut Cahaya. "Jangan ngambek dong, nanti jelek." Dia tersenyum. "Sayang."
Pipi Aya memerah. Memukul dada Samudra. "Selalu. Kamu panggil aku sayang kalau aku lagi ngambek doang." Aya tersenyum. "Yaudah aku duluan, aku tunggu di sekolah, ya!"
Cahaya melambaikan tangannya. Samudra juga. Mengembuskan napas. Hanya perlu berjalan seperti pagi-pagi biasanya ke sekolah.
...
"Si Galang mesum banget sumpah, Dra."
Samudra mengeplak kepala Romeo. "Pak, Yo. Pake Bapak," tegasnya. "Mau gimanapun dia, dia lebih tua dari kita--guru kita."
"Gimana mau disebut guru kalau kerjaannya gombalin cewek-cewek? Oke, kalau dia cuman gombal. Lah ini sampai ngomong deket-deket leher!" Romeo selalu bersemangat memang kalau sudah membicarakan orang lain. "Dan dia milih semua yang cantik! Omong kosong macam apa coba?" Romeo belum selesai. "Lihat aja sekarang, dia ngomong di deket leher Bulan...." Romeo terus berbicara di samping Samudra. Namun Samudra tidak mendengarkan kemudian, ia memandangi Bulan yang sekarang berdiri dari duduknya setelah dibisikkan sesuatu oleh Pak Galang. Dan mendekat ke kursinya yang jauh di belakang.
"Gambaran kalian, Samudra, Romeo." Ia meminta buku gambar yang ada di meja Samudra.
"Kamu disuruh ngumpulin ini?"
"Iya, nanti aku antar ke ruangan Pak Galang."
"Sendirian?"
Bulan mengangguk. Tersenyum. Samudra menyerahkan tugasnya pada Bulan.
Kemudian selesai. Bulan membawa seluruh kertas tugas bergambar, ia keluar kelas. Samudra tidak bisa berpikir jernih. Ia takut sekali akan Bulan, akan perempuan itu yang pergi seorang diri ke ruangan Pak Galang. Guru mesum yang Romeo katakan. Astaga. Padahal murid-murid menyukainya karena kelembutan dan ketampanan laki-laki itu!
Maka Samudra beranjak dari kursinya, mengejar Bulan seorang diri yang sudah keluar kelas. Mengambil seluruh kertas tugas semua murid kelasnya di tangan Bulan. Membawanya.
"Samudra," panggilnya.
"Tenang aja," jawabnya. Samudra tersenyum.
...
"Loh, kamu ngapain?" tanya Pak Galang.
Samudra menaruh tugas menggambar di atas meja. "Antar ini, Pak."
"Oh, ya sudah, terimakasih. Kamu bisa kembali ke kelas. Saya ada urusan sama Bulan." Matanya mengedip--manis sekali pada gadis itu. Namun membuat Samudra mengernyit. Mempertanyakan maksud guru ini.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Bulan.
"Saya mau minta tolong."
Samudra menyahut. "Oh, saya bisa bantu apa aja kok, Pak," katanya. Sebaik mungkin. Demi melindungi satelitnya.
...
a.n
Maaf banget serius kalau updatenya lama. Emang orangnya suka bikin kesel. Maaf ya. Tonjok aja biar enggak kebiasaan.
Salam,
Anak Laki-Laki yang Hobinya Pura-Pura
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
Teen FictionROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...