"Itu apaan item putih? Panda bukan? Tapi kok jelek?"
"Itu tapir namanya," katanya. "Kalo dia jelek, apalagi lu."
Anak kecil itu pura-pura tidak mendengar, dia hiraukan Gemintang yang mengatainya di depan kandang tapir.
"Itu apaan sih, kak?" tanyanya pada Kuda Nil di samping sambil membuat gerakkan tangan.
"Tapir, lucu ya dia? Punya belalai kayak gajah!" Kuda Nil menunjuk hidungnya sendiri. Membuat hidungnya seperti belalai gajah.
"Kan gua udah ngomong, Bintang ...." Mencoba bersabar, tidak seperti biasanya Gemintang.
Anak kecil itu tidak peduli pada kekesalan Gemintang, ia jawab pernyataan kakaknya saja. "Iya lucu, tapi jelek, Ka Bulan," ucap Bintang membalas perkataan Kuda Nil . Kemudian memandangi tapir yang diam ditempatnya.
Gemintang yang sudah seperti pisang cokelat kesal sendiri, bisa-bisanya laki-laki tampan seperti dirinya dihiraukan oleh bocah ingusan ini?! Bagaimana bisa?! Kalau begini sih, dia harus kasih pelajaran.
Maka ia benamkan wajah mungil itu di ketiaknya yang asam, di ketiaknya yang sudah berkeringat akibat perjalanan mengitari kebun binatang. Memberi pelajaran pada bocah kurang ajar ini sebuah pelajaran yang tidak akan dia lupakan.
Iya, Gemintang tahu dia jahat, dia enggak menepati janjinya mengajak bocah yang ia sayangi ini pergi ke kebun binatang di hari yang ia janjikan karena seorang Samudra, namun setidaknya dia sudah menepati janji untuk pergi ke kebun binatang, 'kan? Tetapi mengapa bocah ini malah mendiamkannya? Memangnya dia upil yang menempel di meja guru? Mengapa Gemintang kesal ya? Mengapa juga dia lebih memilih abangnya yang berengsek itu daripada adiknya yang ia sayangi ini? Gemintang mau meledak dengan semua kuah bakso di perutnya.
Bintang mencoba melepaskan dirinya, namun seberapa pun kuat ia melawan, Gemintang tidak tertandingi, tenaganya seperti kerumunan gajah, dan laki-laki itu tidak akan membiarkan harga dirinya terinjak-injak oleh orang lain, apalagi bocah nyebelin ini! Martabatnya lebih tinggi dari apapun.
"Nih, nih rasain!" lontarnya gemas. "Bau asem gak?! Ampun gak?!"
"Gemintang, kamu ngapain sih?!" Kuda Nil berteriak.
"Ampun, gak?!"
Namun anak laki-laki itu cuman berteriak. Tidak berkata apa-apa. Tidak menuruti kata Gemintang untuk berkata "ampun". Pria itu kesal sendiri. Kemudian melepas dekapan ketiaknya karena lelah.
Bintang sempoyongan. Itu lucu. Gemintang puas. Namun Kuda Nil malah memaki dirinya!
"KALO BINTANG MATI GIMANA?!"
"Lebay."
"Siapa yang lebay?!"
Kemudian Gemintang mengaduh kesakitan karena tiba-tiba Kuda Nil ini menendang kakinya. Astaga, mengapa tenaganya masih saja sekuat dulu? Masih sekuat Kuda Nil yang dulu?
...
"Kamu ngantuk?"
Bocah kecil ini cuman menggeleng.
"Ngantuk, 'kan?" Masih bertanya.
"Enggak."
"Boong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat Cantik
Fiksi RemajaROMAN - FIKSI REMAJA | Hidup Bulan mungkin saja akan bahagia jika dia terlahir sebagai orang berada, cantik, wajahnya tidak berjerawat, dan badannya tidak besar seperti kuda nil yang selalu laki-laki itu katakan padanya, Gemintang. Memangnya kenapa...