24 • Samudra Dengan Ketenangannya

10.4K 1.7K 53
                                    

"Loh, kok, kamu ke sini, Ya?"

"Calon mertua aku ulangtahun, masa aku enggak datang." Gadis cantik dengan pipi kiri yang terperban itu merayu. "Lagipula kamu enggak pernah ngenalin aku ke keluarga kamu selama dua tahun. Dan mungkin ini waktunya, iya, 'kan, Dra?"

"Ini udah malem, Aya."

"Aku tahu." Perempuan itu menatap kekasihnya, masih memegang kue dengan lilin menyala di atasnya. "Terus kamu tetap biarin aku di luar? Enggak suruh aku masuk gitu? Kalau aku diculik orang, gimana?"

"Siapa yang mau nyulik kamu?"

"Orang."

"Orang itu pasti menderita sekali hidupnya saat tahu manusia jenis apa yang dia culik."

"Kenapa? Aku 'kan cantik."

"Tapi cengeng."

Aya memeletkan lidahnya.

...

Samudra bangga pada pacarnya, dia diperebutkan semua laki-laki, secara harfiah berarti Aya itu cantik. Namun masalahnya, Samudra tidak mau ada orang yang tahu. Selain karena tidak mau dibicarakan orang-orang, dia juga mau mencari referensi sebanyak-banyaknya, dia hanya mau yang terbaik--dan Aya hampir mendekati kriteria Samudra. Karena terkadang sikap Aya itu terlalu kekanak-kanakan di hadapannya. Meski Samudra tahu, kekasihnya itu hanya manja pada orang-orang tertentu saja. Makanya kata "hampir" itu ada.

"Selamat ulangtahun, mamahnya Samudra!" katanya lucu sekali. Cahaya tertawa. Samudra hanya bisa tersenyum.

Untung saja Gemintang tidak ada di rumah, ia selalu pulang tengah malam, bukan? Dan ayahnya juga sama--pasti tengah meniduri wanita-wanita beruntung di dunia, itu sudah tabiatnya. Jadi Samudra tidak perlu risau.

"Makasih Cahaya, mamah juga seneng kamu datang." Bunda mengelus-elus rambut panjang Aya. "Akhirnya Samudra bawa perempuan ke sini, seenggaknya mamah udah enggak perlu khawatir kalau Samudra itu enggak normal."

"Maksudnya?"

"Kamu cuman bawa Romeo terus kesini, gimana bunda enggak khawatir?"

Sumpah demi apapun, Bunda itu benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa seorang laki-laki terhormat seperti Samudra menyukai Romeo. Amit-amit, lebih baik kayang sembari jungkir balik daripada pergi menikahi Romeo. Najis!

Kemudian begitu saja seterusnya. Mengobrol, tertawa, bercanda hingga hujan turun di luar sana. Cahaya dan Bunda tiba-tiba menjadi seperti dua orang sahabat, dan Samudra dilupakan bak kulit kacang, oh, ayolah! Mereka membicarakan Samudra seakan-akan Samudra tidak ada di sana.

"Siapa sih yang enggak suka sama Samudra? Dia 'kan cowok termanis di sekolah, Mah. Semua perempuan naksir dia."

"Kamu enggak khawatir kalau dia diambil orang?"

"Buat apa?" Gadis itu bertanya balik. "Samudra cuman sayang Aya, kan?" Cahaya tersenyum lebar.

Iya, Samudra sayang Cahaya. "Kata siapa? Aku cuman sayang Bunda, kok." Samudra memeluk sang ibu.

Cahaya kesal. Pipinya yang tiba-tiba tembam membuat Samudra tertawa. Menggodanya. Hingga kekasihnya yang manja itu menggiring arah pembicaraan paling menyebalkan sedunia di antara hujan yang ada di luar. "Ayahnya Samudra belum pulang?"

Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang