45 • Samudra Cuman Butuh Nelayan

8.4K 1.4K 70
                                    

"Samudra...." panggil perempuan di hadapannya.

Akan tetapi yang dipanggil tidak menjawab, dia hanya tetap mencabut rumput liar di halaman belakang sekolah--hukuman bersih-bersih--bersama Cahaya dan yang lainnya.

"Aduh, tangan gue yang mulus jadi keker lama-lama kalau gini caranya," keluh Audrey.

Mario menimpali. "Ini kenapa rumputnya banyak banget, sih?!"

"Aduh, capek ... panas...."

"Kalian istirahat dulu kalau capek, biar gue yang selesaiin," bilang Samudra.

"Beneran, Dra?"

"Iya."

Audrey, Mario dan Jesika bersorak. Jelas Samudra memperbolehkan, sebagai ketua kelas dan siswa terpercaya, Ibu Dini percaya Samudra bisa mengawasi mereka--meskipun dia sendiri juga terkena hukuman asalkan rumput liar di belakang sekolah sudah menghilang sebelum jam sepuluh pagi ini. Tapi Samudra tahu ini sepenuhnya salah Samudra karena tidak bisa menjaga kelasnya, maka seharusnya dialah yang terkena hukuman paling berat, Samudra terlalu luas lautnya, Samudra kebingungan dengan suara hatinya.

"Untung yang ngawasin kita Samudra bukan Bu Dini."

"Terimakasih, Bapak Ketua."

"Kayak namanya, hati Bapak memang seluas samudra."

"Kita ke kantin boleh, 'kan? Mau minum. Haus," katanya.

Samudra yang masih berjongkok sembari mencabut rumput mengiyakan. Mengusir mereka pergi dengan tangannya. "Hush-hush." Ini yang namanya diberi hati minta ginjal untuk sekalian dijual agar dapat membeli tiket bioskop.

Kemudian mereka pergi meninggalkan Samudra dengan hukumannya. Pemuda itu mengembuskan napas berat. Hingga dia menemukan kekasihnya masih mencabuti rumput bukannya ikut pergi untuk beristirahat.

"Kamu kenapa enggak ikut mereka? Sana istirahat, biar aku yang selesaiin."

"Harusnya kamu enggak ngebiarin diri kamu yang ngerjain hukuman ini sendiri dan biarin mereka bebas kayak burung. Mereka yang mulai semuanya duluan, kok jadi kamu yang nanggung sendiri?" katanya. "Ini kalau enggak kelar sampai jam sepuluh nanti, kita bakal dapet hukuman lebih loh, Dra. Kamu tahu 'kan?"

"Tau."

"Kenapa? Jangan bilang karena kamu ketua kelas makanya kamu pikir ini semua tanggungjawab kamu?"

Samudra tidak membalas, sudah berapa lama Samudra ada di hati Cahaya sampai gadis itu hapal jalan pikiran Samudra yang tolol ini? Samudra mengalihkan dengan terus mencabut rumput di sana.

"Jadi semua tanggungjawab kamu? Karena ketua kelas, kamu pikir kamu bertanggungjawab atas kelakuan biadab anak kelasan? Sebagai abang, kamu bertanggungjawab atas adik kamu yang urak-urakan itu--Gemintang yang selalu bikin mamah kamu tambah nangis tiap malam karena dia yang selalu berantem?

"Dan jadi anak pertama, kamu pikir kamu harus bertanggungjawab atas keluarga kamu yang mau hancur karena ayah kamu sendiri mencari keluarga baru dan tetap bersama mamah kamu yang nelantarin anak-anaknya karena cinta mati sama suaminya sampai bahkan kamu yang jadi ibu rumah tangga di rumah gantiin mamah kamu yang nangis setiap hari? Aku boleh ketawa, nggak?" Aya kesal, dia melempar rumput yang ia cabut. "Oke, kamu marah sama mereka dan bilang sesuatu supaya mereka mengerti, tapi setelah itu apa? Kamu bikin mereka seolah-olah itu cuman kesalahan kecil dan kemudian kamu bikin diri kamu jadi bintang utama atas semua kesalahan! Aku benci itu, Dra, serius!"

"Kamu sendiri kenapa malah berantem? Memangnya bagus?! Udah berapa kali, Ya, kamu kayak gitu?" Samudra tiba-tiba emosi. "Masalah enggak bakal selesai kalau kamu pakai kekerasan."

Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang