54 • Samudra Tidak Lebih Dari Gumpalan Air

7K 1.3K 132
                                    

"Kamu apa-apaan, sih, Ya?!"

Setelah mengejar kekasihnya itu, ia menahan lengan sang gadis agar tidak pergi terlalu jauh meninggalkannya--pergi menjauh dari sekolah. Dia mau bertanya mengapa--mengapa dengan gadis yang ia kenali ini tidak pernah berubah sifat kekanakannya?

"Kamu yang apa-apaan?!"

Samudra menarik lengan kekasihnya, menjauhkannya dari tempat lapang--dimana mungkin orang-orang bisa mendengar perkelahian mereka.

"Apaan lagi, si, Dra?! Nggak usah pegang-pegang!"

Di halaman samping sekolah, laki-laki itu baru melepaskan tangan kekasihnya. Mulai bertanya. Serius. "Apa salahnya kalau Bulan suka sama aku? Selagi aku enggak suka sama dia, dan aku masih cinta sama kamu, apa itu jadi masalah?" tanyanya. "Perasaan orang gak bisa dibohongin gitu aja, Aya, kamu tau itu!"

"Iya sekarang kamu emang enggak suka, Dra! Tapi setelahnya?! Enggak ada yang tahu!" katanya. "Lagipula aku enggak marah kalau dia suka sama kamu. Aku gila kalau aku cuman marah sama Bulan sedangkan banyak perempuan lain yang juga suka sama kamu bahkan teriakin nama kamu di depan aku." Mencoba bertahan. "Aku enggak masalah!

"Masalahnya adalah dia temen aku, Samudra. Dia tahu kalau aku pacar kamu!"

"Darimana?"

"Salma sama Audrey udah bilang itu sama dia."

"Kamu kasih tau hubungan kita ke mereka?! Buat apa, Ya?!" Sekarang Samudra yang berteriak.

Aya menatap mata kekasihnya tidak percaya. Dia menggelengkan kepala. "Yang kamu harus tau dan mengerti, Dra--aku itu perempuan, aku butuh temen buat cerita! Dan Salma sama Audrey itu temen aku dari awal. Mereka orang pertama yang aku ceritain kalau aku suka sama kamu sebelum kita pacaran.

"Mereka juga yang nyuruh aku untuk nembak kamu. Jadi bagaimana bisa mereka enggak tau cerita kita?!" Emosi perempuan itu tidak tertahan, sampai air itu tumpah dari matanya.

Di satu sisi Samudra merasa sedih melihat gadisnya menangis, namun di sisi lainnya dia tidak bisa membenarkan apa yang dilakukan sama Cahaya. Samudra kebingungan, ikan di dalam perutnya berenang mencari jalan keluar.

"Dia menyangkal kamu itu pacar aku. Aku ngerasa semua yang aku lakukan sia-sia. Aku ngebela dia dari semua orang yang bilang dia aneh, aku tetap bertahan temenan sama dia meski orang-orang bilang dia kuper dan enggak bisa diajak ngobrol. Aku bantu dia untuk tampil lebih percaya diri, aku selalu bilang kalau aku bakal mukulin laki-laki yang nolak dia kalau sampai cowok itu terima dia yang sekarang udah berubah.

"Aku nyakitin hati teman-teman aku cuman buat orang kayak dia, yang naif sama yang namanya laki-laki!" Tidak berhenti sampai sana. "Kamu tahu seberapa sakitnya aku?"

Panas matahari menyengat membuat keringat laki-laki itu bercucuran di dahinya, sementara gadis yang di depannya mengelurkan keringat dari mata. Suara lonceng tukang es teh di depan sekolah memanasi telinga dan pikirannya.

"Jadi menurut kamu, ngelempar minuman ke orang lain itu boleh?!"

"Iya!" Matanya melotot, tidak mau kalah. "Dan harusnya aku ludahin wajahnya, aku jambak dia sampai rambutnya copot, dan harusnya aku katain ibunya yang udah lahirin dia!" Menangis begitu saja.

Samudra tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ada apa dengan Aya? Laki-laki itu mau menangis kala Cahaya dengan lantang mengatakan iya. Mengapa kekasihnya yang ia kenali suka dengan boneka babi ini berubah dalam sekejap? Mengejutkan Samudra begitu saja. Badai itu datang tanpa permisi menghancurkan rumah di hatinya.

Samudra menangis di hatinya. Ia kecewa. Benar-benar kecewa. "Kamu jahat, Ya," katanya. Perih.

Samudra berbalik, mau pergi, mencari Bulan dan meminta maaf atas apa yang dilakukan Aya. Enggak seharusnya gadis yang ia cinta melakukan itu semua. Ia berjalan meninggalkan Aya di belakang. Memunggunginya.

"Aku jahat, Dra?"

Suara itu menghentikan kaki pemuda yang ingin pergi, mencari jalan keluar.

Gadis itu tertawa--menutupi tangisnya. "Sebenernya yang jahat di sini siapa, sih?"

...

a.n

Siapapun yang ganggu Aya, hidupnya enggak akan tenang. #ayalovers4.0

Jujur, kalau di dunia nyata, tanpa tahu latar belakang tokoh-tokoh di sini, jika mereka satu kelas sama kamu, kamu lebih suka temenan atau cinta sama siapa?

Kalau saya sih jelas Ibu Dini. (jadi milih ibu dini atau aya sih, dodol?)

Salam

Dinosuarus Kesepian

Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang