14 - Sakit

617 107 15
                                    

Irene yang tengah dalam keadaan polos dengan hanya menggunakan bedcover sebagai penutup tubuhnya, meraih benda pipih yang berbunyi nyaring sejak beberapa saat lalu.

"Ne? Byun-ssi, wae?" Tanyanya dengan suara serak baru bangun tidur,

"Nyonya, pulanglah. Tuan Jeon- tuan sakit"
.
.
.

Irene sudah tiba dirumahnya, pada dini hari setelah meninggalkan Yoongi yang terlelap, begitu saja seusai percintaan hangat mereka tadi. Wanita itu mendapati asisten pribadinya, Baek-hyun, dengan beberapa pelayan tengah berdiri dengan tegang di depan pintu kamarnya.

"Ada apa?" Tanyanya dengan langkah tergesa, mendengar suara Baek-hyun yang bergetar di telepon tadi membuat Irene mengendarai mobilnya seperti orang gila sampai ke kediaman Jeon.

"Silahkan masuk nyonya, tuan besar menolak semuanya. Dia hanya ingin bertemu nyonya." Jelas Baek-hyun yang terdengar sangat khawatir, pasalnya Jungkook sejak beberapa jam lalu tak berhenti meraung di dalam sana memanggil nama sang istri berkali-kali, membanting berbagai macam barang yang bisa di gapainya.

Irene mengangguk kecil, buru-buru masuk ke kamarnya. Begitu terkejut kala mendapati ruangan yang ditinggal pergi dengan keadaan rapih itu, hanya dalam beberapa saat saja sudah berubah seperti kapal pecah. Semua barang yang semula ada diatas meja sudah berhamburan di lantai, pecahan-pecahan kaca yang entah dari barang yang mana berserakan tak karuan, bantal, guling, semua isi kasur sudah tak berada pada posisinya. Irene sangat ngeri untuk sekadar menjabarkannya. Netra wanita cantik itu beralih pada sosok yang tengah termangu di ambang jendela, dengan hanya menggunakan bathrobe, sebenarnya bau alkohol yang menyengat sudah merangsek masuk kedalam penciuman Irene sejak membuka pintu tadi, semakin menusuk hidung saat langkah kakinya membawanya semakin dekat dengan sosok yang tengah di khawatir kan nya itu.

"Sayang?" Wanita itu sudah berada di belakang sang suami, tengah menerka-nerka sebanyak apa alkohol yang telah di konsumsinya. Pria itu menoleh dengan tatapan kosong nan datar, seluruh wajahnya pucat pasi, membuat kerja jantung Irene melemah begitu saja.

"Sayang ada apa? Kenapa kau seperti ini? Huh?" Irene segera memeluk Jungkook, menatap pria itu berkali-kali, mengusap wajahnya penuh perhatian, menyingkirkan beberapa helaian rambut yang menutupi ketampanannya.

"Kau-" Ucap Jungkook
"Ini semua gara-gara kau Bae Irene" Suaranya terdengar serak, begitu lirih seperti menyimpan beban yang besar.

Pernyataan Jungkook barusan sukses membuat alis Irene menukik. Dahinya mengerut bingung.
"Kenapa Kook? Apa yang sudah kulakukan? Hm?"

"Kau pergi kemana, huh? Kenapa tak pulang?"

"A-aku tadi pergi ke butik Kook memeriksa beberapa hal, lalu pergi minum bersama teman-temanku, aku kira kau takkan pulang malam ini, jadi-- aku pergi bersama mereka. Tapi aku sudah disini sekarang, maafkan aku, hm?" Irene masih mengelus wajah sang suami dengan sayang. Mendapat penolakan dari si empu, Jungkook menahan tangan Irene untuk menyentuhnya lagi, hanya memberikan tatapan datar yang terasa dingin, sangat dingin.

"Teman, huh?-" Jungkook tersenyum miring,
"Sampai kapan kau akan melakukannya Irene? Sampai kapan? Tidakkah aku saja cukup untukmu? eoh?"

Nafas Irene terkcekat, apa ini? Apa yang dimaksud Jungkook? Apa dia tahu soal hubungannya dengan Yoongi? Dia sudah tahu kalau Irene berselingkuh? Tapi bagaimana bisa dia setenang itu? Apa ini sungguhan? Apa yang harus Irene lakukan sekarang?
.
.
.

Pagi menjelang, kasur saksi cinta terlarangnya bersama sang kekasih sudah rapih kembali. Semua sprei dan selimutnya sudah terganti. Seluruh apartment sudah bersih, seperti sebelum dia mendatanginya. Yoongi pergi dari apartement nya, dia berniat menjual unit itu untuk melupakan semuanya. Dia- ingin berhenti, cukup sampai disini.

Betwēn (Between) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang