68 - Ngidam

439 91 14
                                    

... "Tapi, Tae- bisa ku tanya sesuatu padamu?"

"Hm?"

"Mungkin ini terdengar basi, tapi-- aku ingin sekali mengetahui soal kehamilan So Hyun dulu, saat mengandung anakku. Boleh kah, ku tahu itu darimu?"

Taehyung menghela nafasnya kala pertanyaan sekaligus permintaan tulus itu keluar dari mulut sang mantan rival. Iya- untuk Taehyung sekarang Jungkook bukanlah ancaman.

"Pertama kali aku bertemu dengannya saat itu-- wanita itu begitu lemah- terlihat kosong. Matanya bahkan tak menampakan cahaya kehidupan, dia benar-benar kacau. So Hyun seperti mayat hidup kalau bisa dibilang. Kehamilannya tak berjalan baik, kau tahu pasti itu."

Jungkook merenung,
"Yah, itu adalah penyesalan terbesarku. Seandainya aku berusaha lebih keras untuk menemuinya"

Taehyung mengangguk, paham benar perasaan pria dihadapannya itu.
"Tak perlu ada yang di sesali lagi, Jung. Yang paling penting sekarang adalah bagaimana caranya agar semua hal buruk itu tak terjadi lagi--" Taehyung menatap intens yang lebih muda sebelum melanjutkan ceritanya.

"Kau tahu? Penderitaannya tergambar dengan jelas pada raut wajahnya dalam sekali lihat. Bahkan untukku yang saat itu baru pertama kali bertemu dengannya. Hyung ku bilang, saat hamil So Hyun sempat mengalami depresi, meski tak separah setelah kehilangan anaknya"

"Depresi?" Pasti Jungkook dengan dahi berkerut, dibalas anggukan oleh si tampan tan.

"Eoh, So Hyun sempat depresi dan mengalami gangguan kejiwaan setelah kehilangan Jeon Mi Young. Aku tak paham betul rasanya, tapi kau bisa melihat dengan jelas segala penderitaan itu berkumpul jadi satu pada dirinya. So Hyun begitu terguncang- bahkan dia sering mencoba untuk membunuh dirinya sendiri"

Deg!
'Sial. Apa hidupnya benar-benar semenderita itu?'

"Iya Jung, dia sangat menderita"

Jungkook mengernyit kala mendengar penuturan Taehyung yang seakan bisa membaca batinnya.

"Kami bahkan hampir kehilangannya saat itu. Untung saja Yoongi hyung pulang tepat waktu dan menemukan So Hyun. Dia mengiris nadinya sendiri dan sekarat dikamar mandi tanpa siapapun yang tahu."

Mata Jungkook mulai berair.

"Maaf Jung, aku tak punya banyak cerita soal kehamilan So Hyun saat itu, karena aku bertemu dengannya di trismester terakhir kehamilannya. Tapi yang ku tahu dari Sungjae, kalau pada awalnya So Hyun tak menginginkan anak itu, meski tak ada niat menggugurkan- So Hyun perlu waktu untuk menerima kenyataan bahwa dia hamil dengan cara yang paling buruk. Dia bahkan melewati masa-masa itu seorang diri- seandainya saja aku bertemu lebih cepat dengannya.."

Hening, kedua pria itu larut dalam pikiran masing-masing.

"Aku sangat jahat. Buruk. Benar-benar buruk. Tak heran dia tak pernah bisa menerimaku kembali- selain karena sudah adanya kehadiran mu, tapi nyatanya aku memang tak pantas kembali padanya."

"Yah, semua sudah terjadi. Meski dulu aku sangat membencimu karena membuatnya sebegitu menderita, setidaknya sekarang semua baik-baik saja. Aku bersyukur So Hyun mau ikut bersamaku meninggalkan semua kenangan buruknya, meski tak jarang dia pasti teringat hal itu, dan menjelma menjadi mimpi buruk dalam malamnya. Tapi-- setidaknya aku ada disana, untuk menenangkannya.-"

"-Kau tahu, Jung? Satu yang paling ku takutkan saat semua kesalahanku ini terbongkar hanyalah soal mental So Hyun, aku takut dia membenciku, aku takut dia kembali membenci anak dalam kandungannya dan terjadi hal seperti yang lalu. Tapi-- aku beruntung karena kau, dan yang lain membantu kami. Aku-- benar-benar berterima kasih akan itu."

Betwēn (Between) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang