48 - Undangan

428 89 30
                                    

"Terimakasih sudah memenuhi undangan ku" Ucap Yoongi, yang baru saja menghentikan mobilnya didepan halaman gedung apartemen Ye Ji. Menatap wanita yang terlihat sangat enggan berpisah dengannya itu.

"Mau mampir?" Tanya Ye Ji, membuat Yoongi tersenyum miring,

"Wae? Masih tak ingin berpisah denganku?" Goda si pucat, terkekeh pelan.

"Eoh!" Sahut Ye Ji diiringi dengusan kesal.

"Kau yakin memintaku untuk mampir? Karena-- aku tak yakin mau pulang kalau sudah didalam." Pria itu tersenyum simpul. Membuat tubuh Ye Ji meremang mendengar baritonnya.

"Aku tak keberatan" Sahut Ye Ji, semakin menantang, membuat Yoongi menghela nafasnya berat, disertai kekehan gemas.

Satu ciuman dengan lumatan lembut mendarat nikmat pada labium si wanita cantik, diakhiri dengan kecupan singkat dari si pria manis.

"Lain waktu kita akan bersama lebih lama, hm?"

Seo Ye Ji tersipu, wajahnya merah padam. Dia hanya mengangguk menahan senyumnya.
.
.
.

"Irene.." Panggil Jungkook,

"Hum? Kau belum tidur?" Wanita yang baru saja akan lelap itu kembali tersadar, membalik tubuhnya menatap sang suami.

"Hum.. Aku tak bisa tidur"

"Wae?"

"Irene, kenapa kau tak pernah marah padaku? Bahkan saat aku terang-terangan menyakitimu? Bukankah kau bisa pergi saja dan mencari pria lain? Pria yang takkan menyakitimu seperti aku.." Lirih Jungkook, masih setia menatap langit-langit kamar.

Irene menggeser posisinya, mendekati Jungkook, mengecup pipi si pria lembut.

"Mungkin-- tanpa sadar, selama ini aku sudah mencintaimu Kook. Terlalu mencintaimu." Lirih Irene, membawa netra Jungkook mengarah padanya, menatapnya dalam.

"Lalu kenapa kau bisa dengan Yoongi Bae?"

"Maafkan aku soal itu, Kook. Aku-- hanya merasa kosong selama ini. Kau memang selalu memberikan apapun padaku, membiarkanku melakukan semua yang ku mau. Tapi itu tak bisa membuatku merasa penuh, aku tahu kau tak memiliki perasaan padaku sejak awal. Tapi entah kenapa aku bertahan, dan-- membuat keadaan jadi kacau seperti ini. Maafkan aku.-"

Irene menatap sang suami lekat, tersenyum simpul.

"-kalau saja, sejak awal aku tahu kau sulit mencintaiku karena masih memikirkan wanita lain. Aku akan pergi, Kook. Sayangnya aku baru mengetahui itu sekarang, saat semuanya terlambat.-- bukan karena aku yang tengah hamil, tapi-- karena perasaanku padamu yang sudah terlanjur dalam. Aku bahkan nekat melepas pil ku meski kau tak mengizinkannya. Aku-- ingin membuatmu terus bersamaku meski kau terpaksa, aku ingin kau sadar kalau perasaanku tak main-main. Maafkan aku, Kook. Aku sudah egois."

"Jangan minta maaf Irene, kau membuatku semakin membenci diriku."

"Aku akan menunggumu, Kook. Sampai kapanpun itu. Menunggu kau akan mencintai seperti aku." Wanita itu memeluk prianya erat, seakan dia akan hilang jika dilepaskan.

Jungkook mengelus lembut lengan sang istri, memberikan kecupan pada keningnya, memikirkan semua yang harus dipikirkannya. Dia sendiripun tak tahu apa mungkin, sebenarnya selama ini dia sudah mencintai Irene? Dia bahkan tak yakin pada perasaannya sendiri. Enggan mengakui.

Dibilang sayang, Jungkook memang sayang, Irene membuat dirinya pantas untuk disayangi. Tapi kalau cinta?? Entah Jungkook yang tak mau mengakui karena obsesinya pada So Hyun, atau memang dia belum benar-benar sadar akan itu. Yah, apapun, semoga semua ini cepat berlalu dan memberikan akhir bahagia.

Betwēn (Between) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang