Dimohon kepada para pembaca yang budiman untuk klik bintangnya sebelum baca, dan komen setelah baper.
🥀
Sama sekali, Rachel tidak butuh atau menginginkan apapun dari pria itu, soal materi kehidupan Rachel sudah jauh dari kata cukup untuk menerima tawaran Matt. Ya, itu hanya sebuah kalimat asal sebab Rachel yakin Matt tidak mungkin sanggup mengabulkannya.
Masih menatap Matt sembari kepalanya berputar memikirkan banyak hal, juga genggaman tangan Matt yang mulai mengendur perlahan.
Rachel berkata lagi. "Lihatlah wajahmu, padahal aku hanya bercanda. Sekarang biarkan aku pergi dari sini, aku pamit. Daa."
Rachel menyentak tangan Matt kembali saat akan membuka pintu, dan tubuhnya yang lebih dulu diangkut ke atas bahu lelaki itu. Tidak perduli dengan Rachel yang melakukan perlawanan sembari berkata kasar.
"Matt! Kamu gila ya brengsek!?"
"Lepaskan! Aku bilang turunkan aku brengsek, sialan!"
Berteriak dan memukul punggung Matt terus di lakukan Rachel, berusaha meronta agar lelaki itu bersedia melepaskannya. Berhasil, Matt akhirnya menurunkan Rachel dengan cara dihempaskan begitu saja ke atas rajang supaya Matt bisa langsung menindihnya.
Ini tidak benar, ini berbahaya. Alarm di kepala Rachel makin menjadi-jadi saja, situasi yang tidak baik untuknya ketika tubuh mereka berdua sangat dekat sampai Rachel bisa merasakan aroma cologne yang dipakai Matt.
"Please, lepaskan aku." Rachel memohon dengan iba, tangan Matt benar-benar membelitnya hingga sesak.
"Jawab aku, kenapa menolak aku!?" Rachel berdecak saat melihat Matt tidak terima atas penolakannya.
"..."
"..."
Tidak mau menjawab.
"Katakan, kenapa kamu menolakku!? Aku butuh alasan, Rachel!" Paksa Matt dengan wajah yang sudah mengeras merah. Pria itu sedang berusaha mengendalikan emosinya sekarang, sementara Rachel lebih memilih untuk tidak menatapnya.
"Karena.. niatmu tidak tulus," Rachel membuang napasnya kasar. "Aku bisa menebak apa yang akan terjadi setelah itu. Dijadikan mainan yang akan dibuang setelah bosan. Matt, umurku sudah tidak muda lagi, aku tidak punya waktu untuk melakukan hal seperti itu, brengsek." Jawab Rachel datar, sangat tenang.
Kemudian melanjutkan dengan kalimat yang terdengar putus asa. "Demi tuhan, aku hanya tidak ingin dibuang lagi seperti sampah." Wajah Rachel mendadak sendu.
Matt memperhatikan setiap perubahan ekspresi wanita cantik itu. "Siapa yang berkata kalau aku akan membuang kamu? Itu hanya asumsi kamu sendiri, Rac."
Lagi, Rachel menghela napasnya karena merasa Matt hanya mencari alasan saja. "Asumsi? Lalu apa tujuan kamu? Katakan, tidak lebih hanya untuk kesenangan kamu? Seks?" Bertubi-tubi Rachel melayangkan pertanyaan yang membuat Matt kesulitan menjawab.
Lalu meneruskan. "Kalau keinginan kamu sebatas itu, Sorry, aku menolak."
"Rachel, apa kalau niatku tulus kamu akan menerimaku?" Tanya Matt dengan sorot mata yang sulit diartikan.
Rachel terlalu lelah meladeni. Bukan hanya karena acara resepsi Kakaknya yang baru saja selesai, namun badannya juga capek setelah penerbangan Sydney-Jakarta semalam, ia belum tidur sama sekali.
"Aku tidak tahu," Perempuan itu masih belum mau menatap Matt, seolah menyembunyikan banyak hal. "Sekarang tolong biarkan aku pergi, please."
"Aku menyukai kamu, Rachel." Matt berkata lembut sambil menyelipkan untaian rambut Rachel ke daun telinganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE WIDOW ON MY BED
Romance"WHAT! Are you married? You're kidding, right?" Tanya Matt, jelas dan sangat panik. Rachel hanya mengangguk. "Oh, No! Bagaimana bisa aku tidur dengan Istri pria lain! Aku benar-benar bajingan sialan!" Teriak Matt sambil menjambak rambutnya frustasi...