Part 15

13.2K 1K 53
                                    

[18! Adult content, fulgar words] 🔞🔞🔞

Nggak mau tahu pokoknya harus LIKE dan KOMEN dulu sebelum baca. Kalau nggak Babang Matt akan bete.

🥀

Berdiri di depan kaca besar sebuah wastafel sambil merapikan rambut, dan memoleskan lipstik merah ruby yang sudah memudar—menghilang sepenuhnya, karena di buat berantakan oleh sesosok Serigala nakal.

Rachel memastikan kembali kalau hanya ada dirinya di dalam toilet Restauran."Kamu jalang sinting, Rachel La Waldron! Kamu sudah menjadi wanita nakal dengan menyerahkan tubuhmu untuk di nikmati pria asing yang tidak jelas asal usulnya!" Berbicara pada diri sendiri.

Rachel menarik nafas pelan-pelan sebelum melanjutkan omelannya lagi. "Kamu memohon seks dari pria itu. Mendesah. Bahkan melakukannya di dalam toilet umum! Sangat tolol karena kamu begitu menikmatinya!"

Persetan.

Sudah terlambat bagi Rachel kalau ingin menyesali keputusannya. Beresiko jika di batalkan sekarang."Terserah!" Rachel menarik nafas lagi. "Oke.. aku akan menikmati dua minggu ini tanpa penyesalan, menjadi jalang yang hebat. Kemudian kami tidak akan pernah bertemu lagi. Selamanya." Pikir Rachel.

Rachel duduk di meja yang sudah di reservasi. Matt ada di hadapannya namun pria itu sibuk dengan ponselnya, mungkin urusan pekerjaan.

Lelaki itu nampak biasa saja setelah menyetubuhinya di toilet umum. Hanya basa-basi untuk mengucapkan selamat makan, kemudian langung melahap hidangannya setelah steak pesanannya mendarat di meja. Hebat.

Matt bertanya. "Ada apa? Masih marah karena aku merobek celana dalam kamu? Come on.. aku sudah bilang kalau nggak sengaja, lagian yang penting sekarang kamu pakai celana dalam pengganti, kan?"

Matt tidak meminta maaf, menurutnya wajar merobek celana dalam sebelum bercinta.

Rachel melebarkan mata. "What the—" Rachel ingin mengumpat. "Disposable underware tidak layak di sebut sebagai celana dalam." Kata-kata Rachel membuat Matt tertawa keras dengan mulut di penuhi daging.

"Aku tidak suka pria miskin." Matt tidak menyangka kalau dirinya akan di katai seperti itu walaupun dengan nada bercanda. Shit.

Matt tidak marah, hanya agak kesal. "Kita ke toko underware setelah ini. Aku akan membeli tokonya untuk kamu." Ia benci di remehkan.

Rachel tidak butuh sebuah toko di Negara asing. Yang ada di hadapannya sekarang jauh lebih menarik, pria tampan dengan wajah di tekuk karena ejekan.

"Buat apa? Aku nggak mau menambah bagasi karena pakaianku bertambah." Lalu to the point. "Aku akan berterimakasih kalau di belikan Hermes dari pada sebuah toko." Asal mengatakannya.

Rachel tidak merasa kalau barang branded berlebihan, matre merupakan sifat alami wanita yang manusiawi. Rachel bukan kolektor tas-tas mahal, ia hanya menyukainya sebagai bentuk apresiasi diri, atau hadiah. Dan lelaki di hadapannya sepertinya tidak masalah dengan wanita matre.

"Oke. Kamu akan mendapatkannya besok." Matt menganggap ucapan Rachel serius. Pria arogan itu memang selalu percaya diri pada uangnya.

Matthew Wyman tidak akan jatuh miskin sekalipun Rachel minta di belikan tokonya Hermes.

Matt memperlakukan semua teman wanitanya sangat baik asal mereka tidak membuatnya muak. Jam tangan limited edition atau tas jutaan dollar, contohnya. Namun Matt bukan orang yang peka, ia lebih suka para wanita itu langsung meminta, lalu di kabulkan.

Rachel bangkit dari kursinya untuk memberikan kecupan kecil di pipi dan sudut bibir Matt sebagai ungkapan terimakasih. Lalu pria itu tersenyum, sangat suka di perlakukan manis.

"...."

"...."

Matt melirik pada wanita cantik di hadapannya yang sedang sibuk mengisi perutnya yang kelaparan.

Rachel hampir tersedak ketika Matt seenaknya bertanya. "Extraordinary? Toilet sex?"

Dan terbatuk-batuk. Sial. Aku tidak ingin mengakuinya, tapi aku menyukai kegiatan bersama pria ini dan rela mati sebagai di atas ranjangnya.

Matt menyodorkan segelas air mineral agar Rachel merasa lebih baik. Rachel berdehem, pertanyaan itu membuatnya kaget karena di tanyakan ketika makan malam. "Not bad." Jawab Rachel.

Matt menaikan sebelah alisnya tak terima. "Not bad?"

Rachel menahan agar tidak tertawa karena ekspresi Matt sekarang sangat lucu.

Pria itu mencekal tangan Rachel yang akan memasukan steak ke dalam mulutnya. Ingin penjelasan sekarang juga. "Berhenti bersikap kalau yang kita lakukan tadi tidak menyenangkan" Desak Matt.

"Excuse me, Sir?"

"Aku akan membuatmu memohon di atas meja ini kalau jawaban kamu mengecewakan." Ya, Matt adalah Sex God, menurut dirinya.

Rachel menelan ludah. "Aku sangat menikmati ketika kamu bergerak di dalam aku." Rachel berharap Matt tidak sadar dengan gurat wajahnya yang sedang gelisah, menelan saliva. Restauran tempat mereka makan adalah tempat mahal, dan interior klasik dengan penerangan yang romantis Rachel pikir cukup untuk menyembunyikan ekspresinya. "Sungguh, aku suka. Sangat suka"

Matt menanggapi, nadanya dominan. "Apa yang paling kamu suka? Aku ingin jawaban yang jelas."

Rachel menjawab spontan sambil melirik gerakan Matt yang sedang menuangkan anggur di gelasnya. "Tangan kamu.."

Kalau bisa Rachel ingin meralat kalimat di atas. Tiba-tiba menyesal karena teringat klip erotis di dalam toilet umum tadi. Damn. Rachel nakal, wanita mesum memalukan.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Babe?"

Matt melihat wajah Rachel memerah, namun bukan karena anggur. Rachel harus pura-pura tenang sebelum berbicara. "Well, tangan kamu lembut tapi berotot. Laki-laki itu kadar ketampanannya bertambah kalau punya tangan yang bagus."

Rachel tidak mengingkari kalau tangan besar Matt berserta jari-jari seksi itu memang terasa hangat, penuh dan luar biasa. Pemiliknya punya skill terbaik ketika menyentuh sambil meraba. Wanita manapun yang merasakannya pasti langsung sinting.

Matt memberikan tatapan kemenangan.

"Jadi, kamu suka tangan aku?" Matt menaikan sebelah alisnya lagi karena kalimat Rachel terdengar mengemaskan. "Kalau begitu katakan, kamu menyukainya saat berada di mana, Babe? Di balik pakaian kamu? Celana dalam kamu? Or, your little pussy?" Tanya Matt dengan nada seperti mendesah, sengaja menggoda. Sangat fulgar.

"OH, MY!" Rachel menahan supaya tidak berteriak karena Matt mengeluarkan semua kata-kata fulgar yang ada di kamus.

"Bisa kita hentikan pembicaraan ini, dan selesaikan makan malamnya agar tidak terlambat melihat pertunjukan salsa." Kata Rachel tanpa tenang. Telinganya akan benar-benar berdarah jika percakapan mereka di teruskan.

Matt menutup mulutnya setelah melihat ekspresi Rachel yang berubah galak. Walaupun setelah itu malah tersenyum karena wajah Rachel yang galak seksi sekali.

🥀

Pesan dari chapter ini: lo mau Hermes? Bisa, Kerja. Atau punya Sugar Daddy.

kayak Matt.

(That's your choice) WKWKWK Canda

THE WIDOW ON MY BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang