Part 4

16.2K 1K 30
                                    

Wajib follow sebelum baca, yaa!

Oh come on, kalau kalian orang yang males komen. Setidaknya kasih vote lah. Gratis, boss.

🥀

"To—tolong, lepaskan kami. Aku mohon—" Sejak tadi kedua pria itu terus memohon untuk di bebaskan, setelah meronta dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari ikatan. Tapi tidak mungkin, karena Jav mengikatnya begitu kuat.

Sekarang, anak buah pria berkulit hitam itu sedang bermain-main dengan kedua tawanannya layaknya tontonan yang seru. Memukul dan menyiksa adalah hal biasa, namun ini baru pemanasan, karena bukan mereka yang akan menghabisinya. Hanya Big BOSS lah yang berhak melakukannya.

Seorang pria yang pikirannya baru saja di buat kacau— karena sebuah siluet, masuk ke ruangan itu. Yang sebentar lagi akan berubah menjadi ruang pembantaian.

Matt bersikap santai saat beberapa anak buahnya menyapa dengan hormat, lalu melenggang begitu saja menuju sebuah meja dengan banyak senjata yang telah di siapkan. Dan pilihan nya jatuh pada sebuah pisau dagger, dengan ujung lancip serta besi hitam sebagai pegangan.

"Apa kedua pria ini sudah membuka mulutnya?" Tanya Matt pada Jav.

Kedua tawanan itu adalah orang yang mengikuti Matt sejak ia turun dari pesawat. Mereka juga yang membuat Matt bersembunyi di festival, dan menjadikan seorang wanita sebagai tameng.

"Belum, Boss. Namun saya sudah menyelidiki siapa kedua orang ini, dan orang yang ada di belakang mereka. Semuanya ada di dalam benda ini." Jelas Jav, sambil memberikan sebuah flashdisk pada Boss nya.

Matt menyeringai, dengan senyuman licik. "Aaa.. bukankah, itu artinya kita sudah tak membutuhkan kedua orang ini lagi?"

"Betul. Boss, bebas melakukan apapun pada mereka."

Matt merenggangkan otot tangannya, kemudian melepaskan jaket yang ia kenakan. Dan melempar jaket itu begitu saja ke atas sofa. "Kalau begitu, aku akan bermain dengan kedua pria ini!" Kata Matt, di iringi tawa menakutkan. Tawa yang akan membuat siapapun yang mendengar bergidik ketakutan.

"Ja—jangan! Am—ampuni aku! Aku.. aku akan mengatakan semuanya! Bahkan kalau perlu, mulai sekarang aku akan menjadi anjing mu!" Teriak salah satu dari mereka gemetaran, masih berusaha bernegosiasi. Tapi sayangnya, Matt tidak suka negosiasi.

Matt bersiul dengan ekspresi tak sabar. Kemudian dengan kuat meremas rambut pria itu, menariknya ke belakang. Tanpa belas kasihan, menekan pisau dagger nya pada leher yang terbuka lebar. Mulut pria itu masih berusaha meminta pengampunan yang terakhir saat—— sayatan yang dalam dan tajam menembus kerongkongannya. Memotong setiap syaraf serta urat nadi dalam satu kali gerakan.

Setelah selesai dengan santapan pertamanya, Matt beralih pada pria kedua. Memang kejam, namun ia harus melakukannya. Bangkai yang sudah busuk harus di buang, agar tidak menghalangi jalannya di kemudian hari.

Dengan cara yang sama Matt berniat menghabisi pria kedua. "Tu— tunggu, aku akan memberi mu informasi. T— tapi aku mohon.. lepaskan aku, Boss." Mohon pria itu, dengan wajah yang benar-benar ketakutan setelah menyaksikan salah satu temannya di habisi.

"Informasi? Katakan!" Perintah Matt, tegas.

"Mereka sedang melacak gudang mu di Afganistan, dan berencana menghancurkannya dua minggu lagi." Informasi sepenting itu di berikan begitu saja, hanya untuk menukar dengan nyawanya. "Orang itu.. seorang pangeran."

Matt menyeringai, karena. "Sayangnya, anak buah ku lebih dulu mengetahuinya." Ucap Matt tipis, dan tegas. Lalu dengan cepat menghabisi mangsa di hadapannya. Menghempaskan kepala pria itu seakan benda yang tak berharga.

THE WIDOW ON MY BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang