Part 44

11K 1K 185
                                    

Absen dulu yang kangen MATT & RACHEL? Kasih love warna kuning💛💛💛

Kasih komentar per-lie paragraf ya & bintangnya. Follow akun ini biar tau kalau gue update 😏

🥀

Matt langsung menghampiri Rachel ketika wanita itu dengan cekatan membereskan kopernya, meletakan beberapa pakaian ke lemari. "Sayang, miss you..." Menciumi tengkuk Rachel yang wangi mawar. Dari belakang. "Your smell like a rose liquor, such a pleasant fragrance..."

Rachel berbalik, tertawa kecil. "You're tickling me, Matt. Stop it."

"For real? Liar." Matt seperti seorang bocah yang kecanduan permen kapas. Tidak bisa jauh-jauh. "Can I touch you, if it's not tickling?"

"And than, where should you?"

"Here?" Matt menunjuk bibir Rachel yang berkilau merah muda. Tiba-tiba menarik pinggang Rachel lembut, memeluknya untuk sebuah ciuman setelah sukses membuat wajah kekasihnya blushing.

Menurut Matt bibir Rachel adalah rasa terbaik di dunia ini, tidak mungkin Matt bisa bosan. Justru semakin manis, memabukkan, dan ia telah terjebak dalam pusaran milik Rachel La Waldron. Artinya tidak ada arah kembali selain menghabiskan sisa hidupnya bersama-sama.

Matt berkata kepada Rachel. "Kamu udah cocok jadi istri aku. Lihat cara kamu mengurus semua baju-baju ini."

Matt senang merecoki Rachel yang sibuk melipat pakaiannya.

"Rachel..." Matt membuka suara lembut, "aku nggak butuh istri yang pintar melipat baju. Yang aku butuhkan adalah Rachel La Wyman, yang akan aku bahagiakan selamanya. Tapi kalau istriku ini pandai melipat baju, itu cuma bonus."

Rachel rasa tingkah laku Matt sedikit mengemaskan sekaligus menyebalkan. Sejak kemarin pria itu terus menyebut Rachel sebagai Istri-nya. Belum ada engagement. Apalagi menikah.

Rachel tidak meladeni sehingga Matt makin bersemangat, "Ciee, ada yang tambah blushing." Lalu berbisik nakal di leher Rachel, "nggak sabar menjadi istri aku, Babe?"

"Ya, aku nggak sabar, kamu jadi suami aku," kata Rachel. Matt pikir wanita itu akan malu-malu kucing, tapi kini malah dirinya yang dibuat mati gaya. "Aku pikir kamu akan membawa banyak pakaian ke rumah Daddy," ucap Rachel mengganti topik.

"Pakaianku akan dipindahkan bertahap. Lagi pula hanya setiap weekend aku berada di sini, selebihnya aku akan tetap tinggal di Hotel." Pria dengan kemeja dior itu tersenyum, "I can't wait, untuk melihat istriku setiap hari. Membangunkan aku dengan ciuman, menyiapkan dasi, memasak untukku, lalu aku akan mengantar kamu ke Restauran untuk bekerja. Kita bernapas di ruangan yang sama, juga saling berbagi selimut."

Rachel berkedip, "Dan kamu ingin melakukan semua itu tanpa cincin?"

"Apakah kita perlu itu? Kamu akan menikahi Matthew Wyman yang bisa membeli pabriknya, lalu apa gunanya cincin?" Ekspresi Matt berubah jahil. "Kamu kecewa, Babe? Wajah kamu mengatakan segalanya."

Karena Rachel tidak menjawab, Matt kembali meneruskan. "Just kidding, Babe." Merasa gemas. Matt hampir terkekeh saat Rachel menolak ciumannya sehingga berbisik. "You're the only one in my life who has made me feel this much emotion for a person, Rachel. Secepatnya aku akan menyematkan cincin dengan berlian paling besar di sini." Matt mengecup jari manis Rachel penuh penghayatan.

"Aku menolaknya."

"Ya?" Matt tampak binggung.

"Jari aku akan patah kalau berliannya sangat besar, Matt."

THE WIDOW ON MY BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang