Part 40

10.8K 1.1K 217
                                    

Hai, padahal rencana mau up kemarin, tapi gue masih sibuk jadi baru sempet up malam ini. Happyyyy reading^^

150++ komentar & 450++ likes buat next chapter, ayo part 41 menanti 😁

🥀

Tiga puluh menit yang lalu, Robin mendapat kabar dari Ibunya kalau Adik perempuannya diserang oleh mantan Suaminya saat akan kembali ke rumah.

Ia yang hendak tidur akhirnya mengganti piyamanya dan bergegas pergi ke Rumah Sakit tempat Rachel dirawat, meninggalkan Istrinya yang sedang hamil dengan para pelayan. Urusan ini jauh lebih mendesak sekarang.

"Aku tadi berniat menjemput kalian sebelum berangkat ke Rumah Sakit, namun Daddy mengirim pesan agar aku langsung kemari," Robin masuk ke ruang perawatan Rachel usai berbicara dengan Javas Nararya—orang kepercayaan Boss mafia itu. Mata Robin terarah kepada kedua orang tuanya yang sedang menunggui Rachel di sofa. "Bagaimana kondisi Adikku? Apa kata Dokter, Dad?"

"Rachel dalam kondisi baik, tidak ada yang fatal selain beberapa luka lecet. Tapi, mungkin setelah ini Rachel harus mengunjungi Psikolog untuk mengetahui keadaan mentalnya lebih lanjut, Daddy sudah mengurus jadwalnya, kamu tenang saja."

Robin menghela napas lega. "Sial, seharusnya aku bisa menjaga Adikku dengan lebih baik." kemudian malah menyalahkan diri sendiri.

Jonny Waldron menepuk pundak anaknya untuk mengatakan bawa semua ini bukan kesalahan Robin. Apa yang terjadi malam ini di luar prediksi mereka, bersyukurnya Rachel diselamatkan tepat waktu, dan sekarang sudah berada di tempat yang paling aman.

Pria tua itu berkata kepada Robin. "Padahal Daddy sudah memperingatkan kamu ketika akan menghancurkan hidup seseorang, kamu pikir makhluk hidup tidak memiliki yang namanya dendam? No, mereka yang telah kehilangan segalanya sangat mudah untuk melakukan tindakan paling irasional. Kamu tahu kenapa?"

Jonny menatap putranya tenang sambil menekan setiap kalimatnya. "Karena sudah tidak ada lagi yang perlu mereka takutkan. Akal sehat, perasaan, dan harapan, semuanya tidak berguna. Dan lihat yang terjadi pada Adikmu sekarang?"

Dari kalimat Ayahnya, Robin merasa sedang diberi nasehat dan dikejar perasaan makin bersalah secara bersamaan. Robin tahu bahwa Rachel lebih sakit hati dibanding dirinya, tapi Adiknya yang mirip malaikat itu sekalipun tidak pernah berniat untuk 'membalas kejahatan dengan kejahatan'. Dan karena balas dendam Robin, sekarang wanita dengan hati paling cantik itu yang menjadi korban.

"I know, Dad. Aku minta maaf untuk kesalahanku."

Jonny berujar serius, seperti Ayah yang bijaksana. "Bermain-main dengan kehidupan orang lain itu tidak baik, kamu harus memperbaiki tempramen mu, setidaknya demi Kellani dan anak-anakmu kelak, Rob."

Robin tidak menjawab, mencerna kata-kata Ayahnya yang mulai membawa-bawa sang Istri tercinta. Robin sangat mudah ditebak, pria itu akan berpikir begitu keras jika nama Kellani disebutkan.

"Tapi, Daddy tetap bangga padamu, mantan menantuku yang tidak tahu diri itu memang layak dihukum." Jonny menahan untuk tidak tertawa karena Rachel sedang tertidur pulas. "Lain kali kamu harus belajar memotong ekor dan kepala seseorang dengan lebih baik, Rob."

"Sial, aku dikerjai." Robin tersenyum masam mendengar pujian dan ejekan Ayahnya di waktu bersamaan. "Seharusnya saat itu aku langsung mengirimnya ke pemakaman."

"Ya-ya, kamu memang terlalu baik hati." Balas Jonny dengan nada humor. "Lalu dimana Chris sekarang? Apa dia sudah di bawa ke kantor polisi?"

"Barusan sebelum aku masuk, aku sempat berbicara dengan orang-orang Matthew Wyman. Pemimpinnya bernama Jav, dan aku sudah menyerahkan penyelesaian kasus ini kepada mereka dengan syarat; Chris tidak akan pernah muncul lagi dihadapan Rachel, selama-lamanya. Mereka pasti punya cara yang lebih baik untuk menangani pria itu, kantor polisi terlalu nyaman untuknya, Dad." Robin berkata sarkas, seperti mengejek.

THE WIDOW ON MY BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang