Part 16

13.4K 998 95
                                        

"Damar, ini gue." Dari balik telfon Matt memanggil salah seorang tangan kanannya menggunakan bahasa Indonesia.

"Boss, semua udah beres." Lapor Damara Akbar, pria berkebangsaan Indonesia itu punya tugas yang tak kalah penting di banding Javas Nararya. Jika Jav bertugas menghandle bisnis Boss nya, maka Damar punya andil untuk membereskan tikus-tikus yang mengacaukannya.

Hari ini masih terlalu pagi untuk bangun, baru pukul enam. Sebenarnya Matt belum tidur sama sekali setelah bermain dengan Rachel sampai subuh. Dan sekarang wanita itu sedang tertidur pulas karena kelelahan. He made her bones quiver with each lick turning her skin blue.

"Gue nggak perlu memuji lo, karena pekerjaan lo pasti selalu selesai dengan luar biasa."

"Seharusnya gue di beri bonus karena pekerjaan gue sangat banyak, Boss" Ucap Damar. Matt dan Damar sudah kenal sejak sekolah dulu. Ketika Matt terbang ke California untuk kuliah di sana, Damar lebih memilih menjadi tentara karena perintah Ayahnya.

Kini mereka bertemu kembali setelah Damar di keluarkan dari anggota pasukan khusus, memilih berkerja untuk Matt, dan menghasilkan uang puluhan kali lipat lebih banyak.

"Gue akan beri lo bonus. Lo mau berapa?"

Damar tertawa renyah, ia tahu kalau Boss-nya itu sangat sombong pada uang. "Sebanyak yang lo bisa kasih."

"Gue akan memberikan sangat banyak." Balas Matt, sambil melihat tubuh Rachel yang hanya di tutupi separuh selimut. Bibir, leleh, payudara dan segalanya yang ada pada wanita itu terlalu seksi. Kemudian teringat sesuatu yang ia janjikan. "Lo susul gue, ke Havana. Bawa barang yang gue minta di chat tadi." Matt memerintah.

"Sekarang gue akan berbicara sebagai teman lo." Dari balik sana Damar sedang mengacak-acak rambutnya, hanya bisa menghela nafas. "Gue, Damara Akbar, lebih suka di berikan perintah untuk membunuh orang dari pada masuk ke toko underware cewek."

Matt terkekeh mendengar suara Damar yang nampak kesal padanya.

"Di Havana banyak toko underware kalau lo lupa, uang lo banyak, dan lo bisa beli tokonya, Boss" Tambah Damar, merasa frustasi.

"Harga underware di sini kurang mahal, gue mau merk dari La Perla, dan lingerie keluaran Carie Gilson. Beli semua warna musim ini yang ada rendanya." Pengetahuan Matt soal pakaian dalam wanita lebih dari cukup.

Matt suka memakaikannya kepada teman perempuannya sebelum ia tiduri. Seperti bermain boneka Barbie, walaupun pada akhirnya akan di lepas—jika sudah tidak sabaran maka lingerie seharga dua puluh juta itu akan langsung dirobek sebelum dia ciumi tiap jengkal tubuh indahnya.

"Bangsat! Otak lo terlalu mesum, Boss."

"Lo emang teman gue, tapi gue yang mengaji lo. Sopan santun."

"Baik, Boss terhormat. Saya akan menjalankan tugas untuk membeli pakaian dalam wanita dengan sepenuh hati."

"Pinter. Thanks, lo terbaik." Matt tidak sabar memakaikannya pada tubuh Rachel. Sial, memikirkannya saja sudah membuat juniornya gelisah. "Oya.. siapkan hadiah kayak biasanya, Hermes." Cara Matt mengatakan itu seperti sedang titip minta di belikan gorengan di warung.

"Siap, Boss."

🥀

Ketika Rachel bangun tidur Matt sudah tidak ada di sampingnya. Wanita itu tidak tahu selama apa dia tidur karena badannya benar-benar kelelahan, rasanya tulang-tulangnya hampir mau copot. Rachel pikir Matt benar-benar hewan buas karena melakukannya tanpa henti hingga tadi subuh.

THE WIDOW ON MY BEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang