O1 : About Senja

624 49 2
                                    


Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Universitas Casabraga sudah mulai ramai dipenuhi oleh mahasiswa. Ada yang sengaja datang lebih pagi untuk bersantai-santai dulu dengan teman, ada juga yang sudah lari-larian di koridorㅡtakut telat masuk kelas karena dosen yang galaknya minta ampun.

Tidak seperti biasanya, Senja datang ke kampus lebih pagi hari ini. Senja melangkahkan kakinya ke arah kantin. Hendak mengisi perut setelah otaknya yang diisi dengan berbagai kalimat juga materi dari sang dosen.

Dengan cardigan hitam, rambut pendek sebahu, susu kotak yang di genggamnya, juga tas yang menempel di punggungnya, sudah menjadi ciri khas seorang Senja Arshyla.

Bagi Senja, kampus itu sama saja seperti pasar. Ramai. Semua jenis manusia ada disini. Apalagi ini Casabraga, Universitas Casabraga. Universitas besar yang terletak di Jakarta Selatan. Senja sendiri bukan asli orang Jakarta. Senja orang Jawa, tapi sudah lama tinggal di Bandung. Ke Jakarta cuma untuk kuliah, menggapai cita-cita yang susahnya naudzubillah.

Senja nggak nge-kost. Bersama dua temannya, Senja tinggal di salah satu komplek yang tak jauh dari Universitas Casabraga. Rumah besar berlantai dua itu milik Lyna, tepatnya milik tantenya Lyna. Tante Lyna dengan senang hati menawarkan ketiga gadis itu untuk tinggal di rumah nya yang sudah lama tak ditempati. Karena beliau sudah pindah ke Surabaya dua tahun yang lalu.

Lyna sudah cukup lama berteman dengan Senja. Lyna adalah tipe gadis periang yang punya segudang teman. Sikapnya yang mudah bergaul, membuat ia disukai banyak orang. Hampir semua orang tau Lyna. Sebut saja namanya sekali di Casabraga, maka semua orang akan ber-oh ria sambil bertanya, "Oh, Lyna? Kenal lah, itu cewek berisik banget soalnya."

Yang satu lagi, namanya Gendhis. Gendhis ini nggak jauh beda dengan Lyna. Sama-sama berisik. Apalagi kalo Gendhis lagi ketawa, suara knalpot vespa pun kalah. Gendhis ini teman kecilnya Senja, beda dengan Lyna yang baru kenal saat SMA.

Kalo Senja sendiri bukan tipe-tipe cewek kekinian yang pengen makannya di restoran. Senja lebih suka makan di pinggir trotoar sambil liat asap motor yang mencemari udara sekitar. Aneh memang. Ketika teman-temannya pergi ke Mall untuk berbelanja, Senja lebih memilih membeli keperluannya di toko kelontong langganan Gendhis yang katanya penjualnya medok abis.

Senja juga bukan tipikal cewek-cewek kampus yang famous karena kaya atau cantik. Senja itu pendiam, sekalinya ngomong bikin orang diam. Senja jarang bicara, untuk menjawab pertanyaan teman-temannya pun dia enggan. Yang membuat Senja dikenal satu kampus adalah phobia nya.

Iya, Senja itu androphobia.

Semua orang akui, Senja itu cantik. Senyumnya manis, matanya teduh, hidung nya mancung. Banyak dari mereka yang ingin mendekati Senja, entah itu dengan maksud berteman ataupun ketertarikan. Tapi, sejak Senja mengatakan bahwa dirinya adalah seorang cewek androphobia, banyak dari laki-laki yang hendak mendekati Senja jadi mundur teratur.

Mereka merasa aneh, segan juga. Bisa-bisanya cewek sesempurna Senja malah mengidap androphobia?

"Woi, gue disini."

Senja menoleh, mendapati Raylan tengah menepuk-nepuk pundaknya dengan wajah datar.

"Sorry, kacamata gue ketinggalan."

"Makanya di taro di tas."

"Semalam gue pake buat ngerjain tugas, lupa di taro di tas."

Raylan mendengus lalu menarik Senja untuk duduk. Memesan makanan lalu berbincang sebentar mengenai kuliah mereka hari ini.

Kalau ada yang bertanya, Senja punya teman cowo atau tidak, jawabannya adalah Ya, punya. Raylan namanya. Cowok jangkung itu sudah berteman dengan Senja sejak kecil. Jadi, Senja tidak punya alasan untuk takut pada Raylan.

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang