Hidden Chapter : Ospek

88 10 0
                                    

Hidden Chapter : Ospek
"Lo dilelang sama Gendhis ke maba-maba."






•••

Semester baru datang.

Hari ini ospek mahasiswa baru hari pertama. Setelah memikirkannya selama beberapa hari, Bintang memutuskan untuk bergabung dengan panitia ospek fakultasnya. Yang ternyata malah bertemu dengan Gendhis disana.

"Sial banget gue ketemunya lo terus?" desis Gendhis hari itu, "Jadi apa lo?"

"Acara."

"Anjing, keren amat?"

Menjadi panitia ospek sudah pasti membuat Bintang jadi jarang bertemu dengan Senja. Yang Bintang tahu, Senja juga ditawari untuk menjadi panitia ospek fakultasnya. Tetapi gadis itu menolaknya mentah-mentah hanya dengan alasan malas. Beberapa dari mereka masih saja berusaha keras membujuk Senja agar bergabung dengan kepanitiaan. Yah, Bintang sendiri pun tahu, kalau saja Senja memutuskan untuk bergabung, mereka akan mendapatkan keuntungan yang besar. Hanya orang sinting yang menyia-nyiakan mahasiswi pintar nan terkenal seperti Senja Arshyla.

"Gue ngusulin Bintang. Kalau dia yang jadi Mc, maba-maba dijemur di lapangan sampai sore juga mau."

Bintang yang sedang melamun jadi tersadar karena ucapan Yovi barusan. Ia terkekeh kecil, menyuruh Yovi untuk tidak berlebihan saat bicara tentang dirinya.

"Lo nya gimana, Ntang? Gue paham jadi anak acara tuh ribet dan bikin capek. Jadi, kalau lo mau nolak ya it's ok, kita cari yang lain." Hasan, ketua panitia ospek tahun ini menyahut.

Bintang memiringkan kepala, jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja. Cowok itu berdehem pelan, "Hm, oke lah. Gue bisa-bisa aja."

"Yoiiii! Pentolan FEB!"

"Ini kalau mau jadi Mc harus good-looking dulu ya?"

"Yee, iri aja lo, Ta!"

"Tapi lo jangan tiba-tiba berhenti di tengah ya,"

"Iye-iye, gue usahain."

"Satu lagi dong Mc." Hasan kembali menginterupsi, "Cewek."

Bintang yang sedang memainkan pulpen menunjuk Gendhis yang duduk tak jauh darinya, "Gendhis aja."

Yang ditunjuk menoleh tak terima, protes panjang lebar menolak mentah-mentah usulan Bintang tersebut.

"Yaelah, Dhis, lu kan tukang bacot. Gampang lah jadi Mc mah," sahut Aria berusaha membujuk.

"Nggak mau gue, Ri! Lo ngerti nggak sih gue tuhㅡ"

"Konsumsi lo gue tambahin di hari H."

"Deal."

...

Bintang melangkah keluar dari ruang rapat menuju gazebo di depan gedung tersebut. Beberapa orang dibelakang mengikuti, sama-sama duduk mengeluarkan gulungan tembakau juga pemantik api.

Bintang melakukan hal yang sama. Cowok itu mengangkat satu kaki ke atas kaki lainnya, sibuk mengobrol dengan yang lain sambil sesekali menghisap gulungan putih yang terselip di antara jarinya.

"Gua kira lo nggak nyebat, bro." Deta, cowok tengil yang kebetulan satu jurusan dengan Bintang menyeletuk, "Tampang lo alim gitu."

Bintang terbahak, "Emangnya kalau tampangnya alim nggak boleh ngerokok?"

Yang lain jadi ikut tertawa.

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang