"Androphobia? Apaan, tuh? Merek hp baru?"Bintang menoleh kaget ketika mendengar suara Lily tepat di telinganya. Bintang mendelik, refleks menabok mulut Lily pelan membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Apaan, sih, lo nabok mulut gue!"
"Elo ngapain ngomong di kuping gue!?"
Lily mendengus, "Gue nanya! Androphobia apaan, Lo sampai nyari ke google begitu."
"Androphobia itu phobia cowok." jelas Bintang.
Lily menutup mulutnya sendiri dengan kaget, "Lo.. phobia cowok?"
"Enggak lah, gobㅡ"
"Mulut, tuh, mulut! Di jaga, ini rumah bukan hutan!" potong Viola yang kebetulan lewat sambil menenteng kantong plastik berisi sayuran.
"Adik lo phobia cowok, Mbak!" seru Lily tiba-tiba. Bintang mengumpat, membekap mulut sang adik.
"Gue cuma kepo nyari di google."
"Halah, alasan lo aja itu."
Bintang mendecak lalu berbisik mendekat pada Lily, "Lo tahu nggak?" Lily mengernyit lalu menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Bintang barusan.
"Senja itu phobia cowok."
Mata Lily membulat sempurna dengan tangannya yang kembali menutup mulut tak percaya. Lily menaikkan satu alis lalu membalas pada Bintang, "Bohong lo mah."
"Ngapain gue bohong, nyet."
"Mana buktinya?"
"Lo tanya aja sendiri sama orangnya."
Lily mendecak, "Serius, Bang."
"Ya, gue serius, anjir. Apaan dah," Bintang kembali menggulir ponselnya, mencari tahu lebih banyak tentang androphobia.
"Gue tanya Kak Bian aja nanti, ah."
"Lah, ini ada gue." balas Bintang menunjuk dirinya sendiri, "Kenapa lo mesti nanya sama si Bian?"
Lily mendecih meremehkan Bintang, "Lo nggak bisa di percaya."
"Gue Abang lo?"
"Bodo amat, gue lebih percaya sama kak Bian." Lily beringsut berdiri, segera masuk ke kamarnya dengan acuh.
"Anjing lo, Dek!" maki Bintang tak tahan untuk berteriak.
"Bintang! Mulut lo minta gue lakban beneran ya!?"
Setelah itu, Bintang langsung berlari kabur ke lantai dua. Masuk ke kamarnya lalu segera mengunci pintu. Cowok itu takut Viola datang dengan panci merah andalannya.
...
Bintang berjalan di koridor fakultasnya. Tangan kanan nya memegang ponsel, satu tangan lainnya memegang sebuah buku tebal dengan cover hijau kuning yang tadi pagi ia beli di toko buku.
Itu.. buku karya Senja.
Langkah Bintang terhenti saat melihat Vernon sedang menjulurkan tangannya untuk menghadang Bintang.
"Kalau lagi jalan jangan sambil main hp."
Bintang mengerjap-ngerjap lalu berdehem menanggapi, "Thanks, bro." cowok itu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, "Gue kira lo marah sama gue." celetuk Bintang.
Vernon mengernyit tak mengerti, "Lo kali yang marah sama gue."
"Lah, ngapain gue marah sama lo?"
Vernon dibuat bingung, "Bukannya lo naksir Senja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...