55 : The Return of Something That Was Lost

95 11 0
                                    

Beda dengan Bintang yang pusing dan uring-uringan, Senja tetap beraktivitas seperti biasanya. Kalau boleh jujur, Senja juga ingin menangis seharian sambil mendengarkan lagu-lagunya Tulus. Tapi apa daya, gadis itu tetap harus menjadi jiwa yang produktif. Pekerjaannya menumpuk meminta di sentuh.

Senja sibuk rebahan di kasur dengan laptop yang menyala di hadapannya. Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong lalu tersentak kaget karena dering ponsel di sampingnya.

"Buka pagarnya, gue di depan!"

Senja beringsut berdiri, turun ke lantai bawah untuk menuruti permintaan Viera di telpon barusan. Ia membuka pagar besar berwarna coklat tersebut, mobil mewah Viera segera masuk, memenuhi halaman rumah.

"Look what i brought!" seru Viera menyusul Senja yang sudah masuk ke dalam duluan.

Keduanya duduk berdampingan di sofa ruang tamu, membuka plastik putih yang Viera bawa.

"Banyak banget," komen Senja saat melihat ada banyak eskrim didalamnya, "Lo mau bikin gue sakit gigi ya? Menuh-menuhin kulkas orang aja."

"Yeeee, nggak tahu terima kasih ya lo." balas Viera memukul pelan bahu Senja, "Ada yang rasa durian tuh." tunjuknya.

Setelah menaruh eskrim ke dalam freezer, Senja kembali duduk di samping Viera dengan eskrim durian di tangannya. Selang satu menit, Viera membuka mulut, memaki-maki salah satu acara tv yang sedang di tontonnya.

"Lu kayak nggak ada tontonan lain aja deh," cibir Senja.

Viera malah balik mencibir.

"Ja," panggil CEO muda itu melirik perempuan di sebelahnya, "Lo nggak mau cerita?"

"Cerita apa? Bukannya lo udah tahu?" sahut Senja membuat Viera terkesiap.

"Duh, emang ya, lo tuh makhluk paling peka sedunia," katanya jengkel, "Pura-pura nggak tahu gitu dong harusnya."

Senja memutar bola matanya, "Lagian, ngapain lo datang kesini kalau belum tahu soal itu? Lo kan manusia paling sibuk sedunia."

Viera cengengesan, "Maaffff, brooo." ia sibuk menjilat eskrim strawberry-nya yang mulai mencair, "Dia belum balik kesini?"

"Siapa?"

"Temannya Reynald."

"Belum."

"Agak bego ya dia. Nggak habis pikir gue." celetuk Viera, "Padahal kalau dianya nggak mulai duluan juga si cewek nggak bakal ngeladenin kan, Ja?"

"Iya, kali. Terserah dia aja."

Viera jadi cemberut, menatap Senja yang fokus mengganti channel tv, sama sekali tidak tertarik dengan topik yang ia mulai bicarakan barusan.

"Lo kalau mau nangis, nangis aja, Ja."

"Nggak usah lo suruh."

Viera hanya bisa tersenyum miris.

...

"Bintang."

"Oh, hai."

Bintang tersenyum sekilas. Dalam hati merutuki. Kenapa dari sekian ramainya pengunjung street food disini, Bintang harus bertemu dengan Anandita Gentari?

"Sendiri?"

"Nggak, sama teman gue. Tuh, lagi antri." jawabnya menunjuk Rachel yang mengantri membeli jajanan khas oppa-oppa tersebut.

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang