warn!: long chapter, 2493 words[ ⚠: 15+ ]
..."Kok.. bisa sih, Lyn?"
"Ya, bisa lah, bego!"
Gendhis dan Lyna kompak menoyor pelipis Senja sebal. Gadis berambut hitam legam itu baru saja mengeluarkan kalimat yang membuat keduanya tak habis pikir.
"Jadi, sekarang di badan lo ada dua nyawa?"
"Iya, Senja, astaga, pusing gue lama-lama." jawab Lyna lebay memegangi kepalanya, "Jangan nanya yang aneh-aneh dan udah ada jawabannya dong!"
Lyna hamil. Usia kandungannya sudah menginjak empat minggu. Ia dan Jendra senang bukan main. Bahkan Lyna sampai berteriak histeris pada Gendhis di sambungan telepon.
"Berat nggak sih, Lyn?"
As always, Senja selalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang sukses membuat lawannya naik darah. Gadis itu memerhatikan Lyna dari atas sampai ke bawah dengan tatapan bingungnya.
"Ya, kandungan gue baru sebulan, Ja. Ntar semakin kesini juga pasti berat."
Senja jadi memicingkan matanya sembari menghembuskan nafas, "Jadi nggak mau hamil deh."
"Istighfar!" seru Gendhis mendorong bahu Senja kencang, "Kalau si Bintang dengar, lo langsung di putusin kali, Ja."
"Jangan dong," rengek Senja.
Lyna datang ke Jakarta bukan tanpa alasan. Ia menghadiri undangan terbuka dari Senja Arshyla yang mengundang teman-temannya untuk merayakan Senja dan Bintang yang sebentar lagi akan berganti status.
Karena masih siang, sebagian dari mereka belum banyak yang datang.
"Gendhis nih alay banget." ucap Senja memberi tahu alasan kenapa ia sampai mengadakan party sebelum pernikahannya dengan Bintang dua minggu lagi, "Waktu Lyna juga gitu 'kan? Si Gendhis takut nggak bisa nikah kayak teman-temannya kali."
Lalu Gendhis membalas, "Sembarangan lo! Heh, mulut di jaga!"
"Weh, Bang!"
Senja yang sedang asik bermain games di ponsel jadi menoleh saat mendengar suara Bintang menyapa seseorang di teras rumah. Ia melirik jam dinding di atas sana.
15:47 WIB.
Gadis itu segera membenarkan posisi duduknya, sedikit kaget ternyata waktu berjalan begitu cepat. Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki dari arah pintu masuk.
Bintang datang bersama Rachel dan kekasihnya, Regi.
"Haiiiii!" Rachel menyapa riang, "Yang lain mana? Kata Bintang udah ada yang datang."
"Ohh, di dapur. Lagi pada masak. Nggak tahu bikin apaan," jawab Senja mengangkat kedua bahu acuh. "Halo, Bang." sapanya pada Regi. Cowok itu hanya balas tersenyum.
"Kok lo nggak ikutan?" tanya Rachel yang sudah beralih duduk di samping Senja.
"Kan gue tuan rumah."
"Justru karena lo tuan rumah harusnya ikut bantuin," balas Bintang menepuk atas kepala Senja pelan membuat gadis itu mendongak risih.
"Reynald mana?" tanya Regi, pasalnya ia jelas melihat mobil Reynald di halaman rumah tadi.
"Di atas, Bang. Lagi solat." sahut Raylan yang baru saja turun dari tangga. Ia tersenyum menyapa Rachel.
"Widih, keren juga tuh orang? Ingat solat ternyata?" celetuk Rachel diiringi tawa.
Regi yang mendengar itu segera menyenggol pelan lengan gadisnya, lalu berbisik menyuruh Rachel untuk diam. Gadis dengan kulit putih salju itu jadi mengatupkan bibir kembali, mau tak mau menuruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...