29 : Happy Birthday, Bintang!

118 18 0
                                    


"Besok Bintang ulang tahun."

Senja sedikit terkejut saat mendengar perkataan Bianca barusan. Walaupun sudah menyukai Bintang selama dua tahun tapi Senja baru tahu tanggal lahir lelaki itu.

"Besok? 19 februari?"

Bianca mengangguk, "Katanya sih mau pada makan-makan. Lo di ajakin Mbak Ola."

Senja manggut-manggut kaku, "A... oke."

"Datang?" tanya Bianca menoleh pada sahabatnya.

Gadis itu mengangguk, raut wajahnya jadi lebih cerah dari sebelumnya, "Bawa kado apa ya?"

"Halah, nggak usah ngado." balas Bianca jengkel, "Ntar si Bintang makin besar kepala kalau di kasih kado."

Senja mengernyit tak mengerti ucapan Bianca barusan. Terserahnya lah. Mau bagaimana pun, Senja akan tetap membeli kado untuk Bintang. Tapi, beli apa ya?

...

"Sumpah, lo beneran nyusahin gue."

Senja mengangkat kedua bahunya santai lantas menarik lengan Metta yang masih menggerutu memarahinya, "Ayo."

"Kemana? Yang jelas dong!" Metta menarik tangan Senja ke belakang membuat gadis itu sedikit terhuyung, "Lo ngechat gue katanya penting gue kira lo kenapa-napa!" lanjutnya masih marah.

"Ini penting, Ametta."

"Ya, apaan!?"

"Besok Bintang ulang tahun."

Ametta melengos pelan, "Pantesan. Jadi, lo mau minta temenin nyari kado?"

"Kok lo tahu?" tanya Senja bingung.

"Dari muka lo keliatan."

Senja ber-oh ria, dengan santai kembali melanjutkan langkah menuju mobil Metta yang tak jauh dari sana.

...

"Bintang suka apa?"

Senja diam berpikir saat Metta bertanya tentang hal tersebut. Gadis itu mencoba mengingat-ingat.

"Nggak tahu."

"Hah?" beo Metta.

"Gue nggak tahu." Senja menghembuskan nafasnya, "Kenapa gue nggak tahu ya?"

"Karena lo nggak nanya, mungkin?" sahut Metta masih sambil melihat-lihat barang di sekelilingnya, "Jam tangan aja gimana?"

"Bukannya itu udah biasa ya?"

"Terus yang nggak biasa tuh apa?"

Senja yang berdiri tak jauh dari Metta mengangkat bahu, "Nggak tau, Ta."

"Sepatu mau? atau parfum juga bisa." tawar Metta.

"Apa ya," Senja kembali diam, raut wajahnya persis seperti orang yang stres banyak pikiran, "Sepatu aja kali ya? Kan bisa di pake tiap hari. Duit gue jadi nggak terbuang buat barang yang sia-sia."

Metta tersenyum meringis, "Boleh juga. Gue tahu toko sepatu yang bagus disini." ujarnya yang kemudian menarik lengan Senja pergi, "Masih di lantai satu kok. Habis ini kita makan ya, gue laper banget."

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang