"Siapa yang pasang spanduk ini?!"Mendengar teriakan Senja, Alvi yang sedang tertawa bersama Gendhis jadi menoleh, "Gue!" balasnya ikut berteriak.
"Loㅡngapain, anjir, ini spanduk gede banget!?"
Senja meletakkan kedua tangannya di pinggang, gadis itu mencebik saat melihat spanduk besar berwarna pink dengan tulisan 'Senja Arshyla' juga foto dirinya di sisi kiri spanduk tersebut.
Alvi merentangkan tangan memeluk spanduk pink yang sudah tertempel di dinding, "Ini tuh bagus, nyet. Gue yang pesan."
"Gue nggak minta."
"Gue emang sengaja pesan cuma-cuma buat elo!"
Gendhis menutup kupingnya sebal saat mendengar teriakan Alvi. Ia memilih duduk di kursi dekat Raylan daripada ikut gelut bersama Senja dan Alvi.
"Oi, Dhis." Viera yang baru masuk melambaikan tangannya pada Gendhis dan Raylan, "Di depan ramai banget, anjir."
Gendhis mengangguk mempersilahkan Viera duduk di sebelah nya, "Kata satpam tadi udah lebih dari seratus orang. Nggak tahu sekarang."
Viera meringis kecil, "Gue di cegat mulu tadi di depan, banyak yang kenal gue."
"Pakai masker makanya biar nggak di kejar sasaeng." celetuk Raylan.
"Sasaeng pala lo." dengus Viera, "Kelar jam berapa sih?"
"Mulai aja belum, Vie." Raylan mengambil ponsel di saku celananya, "Katanya lo nggak datang?"
"Lo juga katanya nggak datang. Sekarang malah udah duduk manis sambil megang hape."
Raylan nyengir membuat Viera kembali mendengus menendang kakinya. Gendhis hanya bisa menghela nafas. Kalau Viera dan Raylan disatukan seperti ini.. dunia bisa hancur.
Acara sebentar lagi dimulai. Orang-orang yang datang sudah boleh dipersilahkan masuk ke dalam gedung. Raylan, Gendhis, Alvi dan Viera sengaja datang menemani Senja. Lyna tidak bisa ikut menemani sang sahabat karena jadwal kuliahnya yang padat. Raylan sendiri sudah mondar-mandir dengan kamera yang menggantung di lehernyaㅡbersiap memotret.
Ini bukan kali pertama Senja melakukan meet and greet. Gadis itu cukup di kenal masyarakat, apalagi di kalangan anak muda. Buku-buku yang ia tulis selalu terjual habis. Senja memang terkenal karena tulisannya yang menginspirasi anak-anak negri.
Personil terakhir yang datang adalah Jendra. Cowok itu sampai dikira penjahat oleh satpam karena lari terburu-buru masuk ke dalam gedung. Untung ada Raylan yang menolongnya, bilang pada pak satpam kalau Jendra adalah temannya. Setelah diizinkan masuk ke dalam gedung, Jendra langsung berlari menuju toilet.
Iya, Jendra.. kebelet.
...
"Kata lo si Bintang sama adiknya datang juga?" tanya Gendhis sembari memberikan sebungkus coklat pada Viera di sebelahnya. Viera menerima, langsung menggigit coklat itu semangat.
Senja berdehem, "Katanya, sih, iya."
"Wadidaw, Senja Bintang ada apa nih, kok makin dekat." timpal Jendra sembari menyenggol bahu Senja sengaja.
Senja mendecak, balik mendorong bahu Jendra keras, "Bacot."
Jendra cengengesan membuat Senja jadi mendelik sebal kemudian menyikut perut lelaki itu.
"Nggak ada Lyna jadi tengil banget lo." sahut Viera tiba-tiba, masih sibuk mengunyah coklatnya.
"Kak Senja!" Lily menyapa riang sambil tersenyum. Bintang di sebelahnya ikut tersenyum melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...