Senja melompat turun dari motor Gendhis. Lalu melepas helm di kepala, memberikannya pada Gendhis. Gendhis ikut melepas helmnya lalu turun mengunci motor.Kedua gadis itu terpaksa berangkat dengan sepeda motor di siang terik begini. Lyna sedang pergi ke Solo, menemui sepupunya yang baru saja melahirkan. Ia berangkat dengan Jendra menggunakan mobil subuh tadi. Senja dan Gendhis juga tidak bisa menebeng pada Raylan. Cowok itu masuk kelas pagi dan sekarang sedang berkumpul dengan temannyaㅡmengerjakan tugas.
Senja mendengus, merapikan rambutnya yang berantakan karena memakai helm tadi. Gadis itu jadi merenggut sebal ketika memasuki fakultas Gendhis yang ramai. Kelas Gendhis satu jam lagi mulai, sementara Senja harus lebih lama menunggu karena kelasnya akan dimulai dua jam dari sekarang.
"Eh, halo Senja!!!"
Rachel yang sedang berjalan bersama Bintang di koridor menyapa gadis itu senang. Senja tersenyum samar, menganggukan kepala kecil. Gendhis di sampingnya mengernyit lalu berbisik, "Itu kan cewek yang katanya pacarnya Bintang, Ja."
"Rachel?"
"Iya, itu yang di samping Bintang."
"Yang lo bilang di chapter satu?"
Gendhis mengangguk.
"Tapi Rachel udah punya pacar."
"Ah, sok tahu lo." balas Gendhis, "Bohong kali. Siapa tau dia benar pacarnya Bintang."
"Lo mau gue geprek?"
"Anjㅡ"
"Lagi ngapain disini, Ja?" Tanya Rachel mendekat.
Senja menoleh lalu menepuk punggung Gendhis kencang, "Nih, sama temen gue."
Gendhis meringis, memaksakan diri tersenyum. Gadis itu jadi melirik Bintang yang sedari tadi memerhatikan Senja. Ia mendecih tiba-tiba membuat Senja jadi mendelik memarahi.
"Apaan, sih, lo, Gendhis!?"
Gendhis mendengus, kembali melirik Bintang, "Ja, lo pernah di ghosting cowok nggak?"
"Apaan dah?" balas Senja mengerutkan kening tak mengerti.
Rachel ikut menyahut, "Kan Senja takut cowo." katanya ikut menjawab.
"Kalau gitu, lo pernah nggwk bikin cerita tentang cowok yang nge-ghosting ceweknya? Tentang cowok bego yang nggak sadar sama perasaannya? Tentang cowo tolol yang gengsi kalau ternyata dia punya perasaan sama si cewek?"
Senja makin mendelik, "Apaan, sih? Lo lagi mau ngarang cerita? Mau jadi penulis?"
Sementara Rachel hanya bisa melempar tatapan bingung lnya pada Bintang. Bintang mengangkat bahu, sama-sama tidak mengerti kenapa dua sahabat ini meracau tidak jelas.
"Nggak, gue lagi kesel aja sama cowok yang gengsi sama perasaannya sendiri."
"Lah, lo nyindir Raylan?" tanya Senja membuat Gendhis langsung mengatupkan bibirnya kesal.
Melihat Gendhis yang diam, gadis itu jadi menjetikkan jarinya lalu menatap Rachel dan Bintang bergantian.
Senja menunjuk Rachel, "Lo kalo jadi Raylan bakalan nembak Gendhis nggak?"
Rachel yang ditunjuk mengerjap-ngerjap, "Eu.. ya.. kalo naksir mah gue tembak, lah? Keburu di ambil orang. Ya, 'kan?" jawabnya melirik Bintang.
Bintang manggut-manggut setuju, "Bener. Keburu di ambil orㅡ" ucapannya terhenti saat melirik Senja yang sedang berbicara pada Rachel dengan emosi yang meledak-ledak.
Lelaki itu merapatkan bibir. Keburu di ambil.. orang?
...
Bunga menaikkan kedua alisnya saat melihat sosok lelaki jangkung dengan wajah bule sedang berdiri di depan rumah salah satu tetangganya. Bunga meletakkan gemborㅡalat penyiram tanaman yang sedari tadi ia pegang. Gadis itu melangkahkan kaki menuju rumah bercat biru putih di seberang rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...