3O : Chance in Yogyakarta

171 20 1
                                    


warn!: long chapter, 3790 words

...

"Wah, gila, gila, gila!!!"

Bintang yang mendengar teriakan Lily di sampingnya refleks menutup telinga dengan satu tangan lainnya yang membekap paksa mulut sang adik.

Lily melirik jengkel, melepas telapak tangan Bintang yang membekap mulutnya, "Jorok lo!"

"Elo berisik!" balasnya tak kalah jengkel. Bintang penasaran hal apa yang membuat adiknya memekik kencang seperti tadi. Sepertinya sih chat dari Ellan. Cowok itu melirik ponsel Lily yang menampilkan sebuah poster online yang sama sekali tidak ia mengerti, "Apaan itu?"

Lily menoleh, raut wajah jengkelnya berubah menjadi lebih sumringah, "Ini lho!" katanya menunjukkan sesuatu di dalam ponsel, "Bukunya Kak Senja ada yang mau di jadiin film! Gila, nggak bisa bayangin gue sekeren apa film nya." gadis itu kembali menggulir layar ponsel membuat Bintang jadi manggut-manggut mengerti.

"Ih, yang main Davin Ricardo!!!!" teriak Lily memukul-mukul bahu Bintang senang. "Ceweknya siapa ya?"

Bintang memutar bola matanya malas. Lelaki itu jelas tahu siapa Davin Ricardo. Seorang aktor muda yang sedang naik daun. Akhir-akhir ini Bintang sering sekali mendengar namanya atau bahkan melihat wajahnya dimana-mana.

"Wah, yang jadi ceweknya si Liodra." sambung Lily masih sibuk menggulir layar ponsel, "Cocok banget sih. Nggak heran."

"Emang buku mana yang di jadiin film?"

Lily menoleh menanggapi kakaknya, "Itu lho, buku yang lo pinjam kemarin. Shining Star. Tapi kayaknya nanti judul filmnya bukan Shining Star deh, di ganti." jelas gadis itu membuat Bintang sempurna terkesiap dengan mata yang mengerjap-ngerjap.

"Di film-in?" tanya Bintang kembali memastikan.

"Iya, ya ampun. Lo udah baca kan sampai habis? Menurut lo Davin cocok nggak sih meranin Alfa? Kata gue sih cocok soalnya vibes Davin tuh sama kayak Alfa!"

Bintang diam tidak menanggapi celoteh riang yang terus keluar dari mulut Lily. Cowok itu membasahi bibir, kembali teringat ucapan Bianca dua hari lalu saat mengunjungi rumahnya. Bianca meledek Bintang saat ia tahu lelaki itu sedang membaca salah satu novel milik Senja. Orang-orang terdekat Bintang pasti tahu kalau Bintang malas sekali membaca. Jangankan novel tebal, buku kisah 25 nabi saja dia malas membacanya.

"Duh, gini ya, Mas Bintang kakak sepupu gue yang tercinta, lo itu muse-nya Senja. Lo nggak sadar? Semua buku karya Senja itu genrenya romance. Yang artinya, semua isi buku Senja tuh nggak lain dan nggak bukan adalah elo." ujar Bianca memberikan penjelasan, "Walaupun dia dekat sama Raylan, bukan berarti dia bakal makai Raylan buat nulis-nulis cerita romancenya, karena mereka berdua kerjaannya cuma berantem dan adu jotos tiap hari. Gue juga baru sadar sih, padahal gue selalu beli buku Senja. Gue kira dia bisa nulis cerita romance keren kayak gitu karena sering nonton drakor. Taunya dia jadiin elu sebagai inspirasi." lanjut Bianca memandang Bintang dari atas sampai bawah lalu mencibir jengkel membuat Bintang kesal menabok kepala gadis itu. "Menurut gue nih ya, menurut gue! Rasa sayang Mbak Ola ke elo bisa kalah sama rasa sayang Senja ke lo. Duh, kasian banget si Senja. Kenapa harus elo deh yang di taksir sama dia?"

"Ih, Bang! Gue jelasin panjang-panjang lo malah bengong!"

Bintang tersentak mendengar ucapan Lily barusan. Ia menoleh, bertanya pada adiknya yang malah di balas dengan tatapan kesal lantas gadis itu pergi menuju dapur meninggalkannya sendirian di ruang tamu.

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang