Keseharian seorang Rizqy Bintang Atmaja.
Bintang melipat sajadah dan sarungnya setelah menunaikan sholat. Ia merebahkan diri di kasur sebentar. Kemudian, cowok itu segera beringsut duduk, berjalan keluar kamar. Bintang menoleh, melihat Viola yang sudah sibuk di dapur dengan apron dan segala macam alat masaknya.
"Mbak,"
"Astagfirullahaladzim!" Viola terlonjak kaget, memukul bahu adiknya pelan sambil menggerutu, "Kirain setan."
"Mana ada setan ganteng."
"Najis!" Viola mendelik membuat Bintang tertawa. Cowok itu berdiri di samping Viola hendak membantu. Viola melirik kecil, menabok tangan Bintang yang baru saja ingin memegang pisau.
Bintang meringis, "Apaan sih nabok-nabok!?"
"Jangan bantuin gue. Ntar dapur!ya berantakan." larang Viola galak, "Ke kamar Lily aja sana. Dia udah bangun belum, kalau belum bangun, lo bangunin ."
Bintang mendecak, "Iya-iya!"
...
Lily keluar dari kamarnya. Sudah rapi dengan seragam putih abu-abu sambil menggendong tas ransel berwarna kuning. Ia duduk di meja makan. Memperhatikan kedua kakaknya yang sibuk di depan kompor.
Viola yang sudah lengkap dengan jas kerjanya langsung mengambil tas yang ia letakkan di kursi meja makan tadi, "Bin, jangan lupa gorengin telur buat Lily. Mbak berangkat dulu,"
Bintang dan Lily kompak mengulurkan tangan merekaㅡsalim pada Viola. Viola berlalu pergi. Lily merenung menatap Bintang dalam-dalam.
"Bang,"
"Gue bukan abang bakso."
"Gue mau nanya."
"Yaudah, tinggal nanya."
"Lo ganteng iya, bisa masak iya, ramah iya, kok belum punya pacar, sih?"
Bintang mendelik, mengacungkan spatulanya ke arah Lily, "Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Lo aja nggak ada pacar."
"Lah, emangnya gue boleh pacaran sama Mbak Ola," decih Lily sebal. Ia mengetuk-ngetuk meja makan dengan jari, "Tapi.. kalau lo pacaran sama Kak Senja kayaknya gue bersyukur banget, deh."
Bintang lagi-lagi mendelik. Satu tangannya memindahkan telur ceplok yang tadi ia goreng dari wajan ke piring milik Lily, "Makan cepetan. Nggak usah bacot, masih pagi."
Lily merampas piring nya dengan kasar, "Elu bacot!" makinya lalu melangkah pergi ke ruang tamu.
"Dih?"
...
Bintang memarkir mobilnya di parkiran fakultas. Cowok itu keluar dari mobil, beberapa orang yang lewat menyapanya ramah.
"Hoi!"
Bintang tersentak mendengar teriakan tersebut. Ia menoleh, mendapati cowok bertubuh gempal yang sedang berlari menghampirinya.
"Apaan, sih, anjing." decak Bintang tak suka saat tangan pemuda itu merangkulnya. Bhakriㅡnama lelaki ituㅡmendecih memaki Bintang.
"Lo, tuh, emosi mulu kalau ada gue."
"Lo, 'kan, setan."
Bhakri menggeram, menarik kemeja Bintang kesal membuat cowok itu sedikit terhuyung ke belakang.
"ANJING, APAAN SIH, RI!"
Bintang mendecak, merapihkan kemejanya kembali. Cowok itu berjalan cepat memasuki kelas meninggalkan Bhakri di belakangnya. Bintang duduk di sebelah Reynald yang sedang sibuk bermain games. Reynald menoleh, menatap wajah kesal Bintang lalu menaikkan kedua bahunya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Hayran Kurgu[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...