24 : Destiny

118 20 0
                                    


Sebagian orang pasti tak percaya kalau Senja adalah seorang penderita androphobia. Paling parah sih, Senja dibilang pembohong atau cewek gatal yang suka cari perhatian.

Mungkin karena mereka sering melihat Senja yang hampir setiap hari bersama Raylan, atau Senja yang kerap kali terlihat bersama Jendra, pacar dariㅡralat, mantan pacar dari sahabatnya.

Sebenarnya Senja juga nggak peduli sih kalau orang-orang menganggapnya sebagai cewek yang genit dan suka cari sensasi. Gadis itu benar-benar acuh walau kadang sering digunjingkan tidur dengan dosen karena nilai-nilainya yang selalu bagus.

Senja terlalu malas untuk menanggapi omongan mereka. Menanggapi curhatan Bianca saja malas apalagi mendengar celotehan sampah dari orang yang tidak ia kenal. Bianca sendiri kadang kesal sampai menatap sinis teman dekatnya itu lalu berkata, Lo nggak marah emang orang-orang pada ghibahin lo? Tampar, kek!

Kalau boleh jujur, untuk pergi ke kampus saja Senja malas. Bukan hanya malas, gadis itu terlalu takut. Seperti yang dibilang di chapter satu, kampus itu layaknya pasar. Bedanya cuma satu, di kampus nggak ada yang jual sayuran.

Berbagai jenis manusia ada di Casabraga. Dari yang baik, sangat sopan, sampai yang kurang ajar dan tidak punya akal juga ada. Senja sendiri menganggap dirinya sebagai jenis mahasiswa yang kurang ajar. Walaupun nilainya selalu bagus, tak jarang Senja tidur di kelas. Atau bahkan menulis artikel di laptopnya saat dosen menjelaskan.

Kembali lagi pada topik awal.

Jumlah laki-laki di Casabraga tentu tak bisa di hitung dengan jari. Tapi bagi Senja, di Casabraga hanya ada satu laki-laki, Rizqy Bintang Atmaja. Sisanya sampah dan tak punya jenis kelamin, sekalipun itu Raylan sahabatnya.

Senja pertama kali melihat Bintang saat ia mengekori Gendhis di fakultasnya. Waktu itu mereka masih maba. Senja tertegun saat melihat Bintang di lobby fakultas bersama teman-temannya.

Tampan. Baik. Ceria. Murah senyum. Bahkan aura rich boy yang keluar dari tubuh Bintang tidak bisa membohongi orang-orang di sekelilingnya.

Sejak saat itu, Senja memutuskan untuk mengagumi anak laki-laki dari keluarga Atmaja tersebut. Senja juga tak tahu bagaimana bisa ia jatuh hati pada Bintang. Padahal biasanya ia melihat lelaki pun benar-benar enggan.

Senja yang tadinya nggak berani pergi ke FEB sendiri jadi memberanikan diri pergi kesana walaupun ia benar-benar takut. Gendhis jadi bingung mau sedih atau senang. Gadis itu sedih karena Senja selalu mendengar ucapan kasar yang menghinanya dari orang-orang di sekitar. Tapi ia juga senang. Karena Senja sudah bertekad memberanikan diri untuk pergi kesini sendiri. Walaupun tujuan utamanya adalah melihat Bintang.

Setiap memasuki FEB, tak jarang ada yang memanggil Senja dengan maksud menggoda. Hampir semua orang tahu gadis itu penderita androphobia. Tapi tak ada yang peduli. Mereka tetap memperlakukan Senja semena-mena.

Cat calling misalnya.

Bukan hanya laki-laki, mahasiswi disana juga kerap kali memperlakukan Senja dengan semena-mena. Gadis itu selalu dihina, di injak-injak harga dirinya. Kata-kata umpatan seperti pembual, cewek caper, jalang, dan yang lainnya sudah pernah ia dapatkan.

Senja tak membalas. Padahal jelas sekali gadis itu tak baik-baik saja. Bagi Senja, selama mereka tidak main fisik, Senja tidak akan membalas.

Banyak sekali teman seangkatan atau bahkan kakak tingkat yang tertarik padanya. Tapi ketertarikan itu malah membuat Senja risih karena mereka yang terlalu agresif.

Contohnya saat ia masih semester dua dulu.

Pagi itu, Senja dirangkul tiba-tiba oleh salah satu kakak tingkat yang suka padanya. Dari belakang, kepala Senja di lempar kotak bungkus pocky sampai gadis itu meringis kesakitan. Cowok jangkung itu malah tertawa lalu menoyor kepala Senja dengan santai, "Makanya lo gausah belagu, deh. Lo pikir lo siapa nolak jalan sama gue? Asal lo tau, semua cewek disini ngantri pengen jalan sama gue! Lo siapa sampai seenaknya nolak ajakan gue?!"

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang