warn!: long chapter, 2915 words
...
Raylan dan Alvi duduk berdua di kursi panjang depan perpustakaan Casabraga. Keduanya sedang menunggu Gendhis yang masih berada di dalam perpustakaan.
Alvi menusuk takoyaki lalu menyuapnya lahap. Sesekali Raylan ikut mencomot. Alvi tak masalah karena memang Raylan yang membeli makanan tersebut.
Raylan sendiri sudah pulang sejak beberapa hari yang lalu. Niat hati ingin beristirahat dengan AC di rumah Lyna, kepala Raylan malah kena jitak oleh Gendhis. Gadis itu marah-marah, kalau mau pulang tuh bilang dulu, begitu katanya.
"Eh, hari ini, 'kan, ultahnya si Giselle ya?"
"Giselle siapa?" sahut Raylan.
"Adiknya Kak Bian."
"Ohh," Raylan kembali menyuap takoyaki, "Emang kenapa?"
"Acara ultahnya ntar malam. Yang ultah adiknya sih, jadi gue nggak di undang." jawab Alvi menusuk-nusuk bungkus plastik takoyaki.
"Senja, Lyna sama Gendhis di undang?"
Alvi mengangguk, "Iya lah."
"Lo kenapa nggak ikut aja? Lumayan makan enak." suruh Raylan santai.
"Selain nggak di undang, ntar malam gue mau ke tempat kost-an baru gue."
Raylan mengernyit, "Pindah lu? Bagus lah."
Alvi manggut-manggut sembari menggigit takoyakinya sebal, "Makin kesini makin jadi yang tinggal di sebelah gue. Berisik banget sumpah, deh. Masa karaoke-an tengah malam."
"Lo kenapa nggak tinggal sekalian aja di rumah si Lyna?"
Alvi menggeleng, "Nyusahin mereka nanti, ah. Kata bunda gue juga suruh cari kost baru aja."
"Percuma kali. Lo juga hampir tiap hari tidurnya sama si Gendhis." balas Raylan tertawa pelan.
"Sebenernya gue numpang makan, tapi nanggung jadi sekalian numpang tidur." Alvi ikut tertawa, "Oh iya, minggu depan Kak Senja ngadain meet and greet. Lo ikut?"
Raylan diam berpikir sebentar, "Nggak, sibuk gue. Lo ikut pasti, 'kan?"
"Iya," Alvi mengangguk, "Lumayan dapat duit jadi supirnya Kak Senja."
Gendhis yang baru keluar dari perpustakaan langsung menghampiri Raylan dan Alvi. Gadis itu menepuk bahu Raylan, memberi tahu kalau urusannya sudah selesai. Raylan berdiri, Alvi mengikuti. Mereka bertiga beranjak pergi ke parkiran. Hari ini Alvi tidak bawa mobil. Katanya, sih, mobilnya lagi di bengkel. Maka dari itu, ia menumpang di mobil Raylan.
...
Senja keluar dari kelas bersama Bianca. Dua gadis itu berjalan keluar dari gedung fakultas. Bianca mendecak, berkali-kali menempelkan ponselnya ke telingaㅡmenelepon Ardian.
"Mana Ardian?" tanya Senja menolehkan kepalanya ke kanan-kiri.
Lagi-lagi Bianca mendecak, "Nggak di angkat, kampret." umpatnya kesal.
"Lo nggak bawa mobil?"
"Enggak, Senjaaaaa." dengus Bianca, "Gue nyusul Ardian aja, deh, ke fakultasnya. Lo pulang sama siapa? Mau gue telponin Gendhis? Atau Lyna? Si Raylan udah masuk belum, sih?" tanya Bianca bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...