Epilog

129 13 0
                                    

warn!: long chapter, 2566 words

[ ⚠: 15+ ]





...

"Nih, jagain Hany biar lo cepat punya anak."

"Mana bisa begitu!?"

"Kan katanya bisa nular." Aydan menurunkan Hany yang sedari tadi ada di dalam gendongannya. Tak lupa memberikan sebuah tas berisi keperluan Hany pada Senja, "Bye, Ayah pergi dulu ya, sayang. Nanti sore di jemput sama Ibun."

Hany balas melambai kecil, lalu berbalik memeluk kaki Senja dengan mata yang terus memerhatikan sang ayah.

"Ayo masuk, Han." ajak Senja menggandeng lengan gadis kecil itu untuk masuk ke dalam rumah.

Terlihat Bintang yang masih mengenakan sarung duduk di sofa sembari bermain ponsel. Melihat Hany yang datang bersama sang istri membuat Bintang tersenyum menyapa gadis kecil itu.

"Kamu udah sarapan belum?" tanya Bintang memangku Hany di atas pahanya.

Hany mengangguk, "Tadi sama Ibun di bikinin roti bakar."

"Waduh, enak banget dong?" balas Bintang kembali tersenyum, "Pakai apa roti bakarnya?"

"Pakai pisang sama susu coklat!" jawab Hany semangat, "Enak banget, lho, Uncle."

"Gitu ya?" Senja menyahut, "Aunty mau dong. Hany bisa bikinnya nggak?"

Gadis berumur tiga tahun itu menggeleng lucu, "Yang bisa bikinnya, 'kan, Ibun. Nanti aku bilangin ke Ibun kalau Aunty mau juga."

"Beneran? Janji ya?" Senja mengarahkan jari kelingkingnya pada Hany, membuat gadis kecil itu ikut melakukan hal yang sama. Senja tertawa, tersenyum geli saat Hany menyetujui permintaannya, "Oke, deh. Aunty tunggu."

"Lucu ya," celetuk Bintang, "Kalau kita dapat yang kayak Hany pasti gemesin."

"Iya lah. Siapa dulu aunty nya."

"Request harus cewek bisa nggak sih?"

"Maneh kalau ngomong jangan asal."

"Kan permintaan, Ja, permintaan."

Senja mendelik, "Ah, sia. Jadi ge encan."

Bintang refleks tertawa, "Apa, nih? Kamu ngajakin bikin?"

"Ada bocah," balas Senja geleng-geleng kepala, "Mulutnya di jaga."

"Bikin roti bakar maksudnya, sayang." elak Bintang yang kini menurunkan Hany dari pangkuannya. Hany beringsut turun dari sofa, mengambil sebuah mainan dari tas miliknya.

"Uncle! Mau main masak-masakan nggak?" ajak Hany, "Uncle jadi penjualnya. Aku jadi pembeli."

Bintang terkekeh, ikut turun dari sofa menghampiri Hany yang duduk lesehan di karpet bawah, "Ayo! Uncle jualan apa, nih?"

"Jualan makanan yang banyak-banyak," Hany menjawab, "Kayak Ibun."

Bintang tertawa mengingat ibu dari Hany adalah seorang pengusaha katering rumahan. Lelaki itu membantu Hany mengeluarkan beberapa mainan dari tasnya.

Hany dengan riang menunjukan sebuah boneka bayi pada Bintang, "Ini baru, lho, Uncle. Dibeliin Ayah."

"Oh ya?" sahut Bintang, "Beli dimana, tuh? Wih, ada bajunya segala." ia terbahak melihat Hany memakaikan baju pada boneka bayi tersebut.

"Cantik, 'kan?" Hany tersenyum puas melihat bonekanya yang sudah rapi memakai baju, "Aku mau adik. Tapi kata Ayah, adik aku munculnya masih lama, jadi aku dibeliin ini sama Ayah."

[✓] Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang