"Udah sana pergi."Raylan mendorong-dorong tubuh Senja agar gadis itu sedikit menjauh darinya. Siang ini, Raylan sudah sampai di rumah setelah di rawat di rumah sakit selama tiga hari dua malam. Raylan emang nyusahin, begitu kata Lyna.
"Udah sana, si Chessa dari tadi nungguin elo, anjir, apa nggak kasihan sama dia? Dia lagi ultah, lho, heh!" ulang Raylan sedikit berteriak.
Senja mendecak, "Ntar kalau gue pergi kasihan Lyna sama Alvi kekurangan tenaga. Lo kan nyusahin, Al."
"Pergi atau gue timpuk."
"Oke, pergi. Ayo, Sa." Senja langsung menarik lengan Chessa di sebelahnya.
Hari ini Chessa ulang tahun. Gadis yang sekarang sudah menginjak usia dua puluh satu tahun itu sengaja menjemput Senja ke rumahnya. Ia, Senja, Viera dan Jiya akan merayakan ulang tahun Chessa di apartemennya. Mereka berempat memang sudah kenal sejak SMA. Cukup dekat karena mengikuti esktrakurikuler yang sama.
"Lo pindah dari apartemen yang kemarin itu?" Senja bertanya saat mobil mereka memasuki area apartemen Chessa.
"Hm."
"Gue terakhir ke apartemen itu bulan kemarin, Sa, dan elo udah pindah lagi?"
Chessa bergumam sedikit berfikir hendak menjawab pertanyaan Senja, "Ehm, apartemen gue yang kemarin.. nggak enak. Gue kurang nyaman. Enakan yang sekarang."
Senja hanya bisa mengangguk. Terserah Chessa.
"Happy Birthday, Chessa!!"
Viera mengangkat cake di tangannya, menyuruh Chessa untuk meniupnya cepat. Sementara Jiya asik meniup terompet kecil di mulutnya. Senja hanya bertepuk tangan riang lalu memakaikan topi berbentuk bunga ke kepala Chessa.
Chessa meniup lilin berbentuk angka dua dan satu itu. Viera segera meletakkan cake tersebut di meja, mengambil pisau lalu menyerahkannya pada Chessa.
Chessa memotong cake menjadi beberapa bagian. Ia meletakkan beberapa potongan cake tersebut di piring kecil, memberikannya pada Jiya, Viera lalu Senja.
Senja langsung memakan cake tersebut dengan lahap. Gadis itu menepuk-nepuk bahu Chessa sesaat, "Semoga lo panjang umur, sehat terus, cepat dapat cowok, cepat wisuda juga biar bisa lepas dari status mahasiswa." ucapnya masih sambil mengunyah.
Viera manggut-manggut setuju, "Semoga lo cepat dapat cowok, biar nggak uring-uringan mulu."
Jiya ikut mengangguk, "Benar. Lo kalo uring-uringan kayak orang stress, Sa."
"Babi," umpat Chessa sambil mendengus, "Ini ultah gue, lho. Kenapa lo malah pada lomba ngejelek-jelekin gue?"
...
"Mana nomornya? Sini."
"Loh, jadi?"
"Ya, mau nggak? Kalau lo nggak mau, yaudah gue nggak usah deketin Senja."
"Mau, mau." Bintang segera menyerahkan ponselnya pada Rachel. Rachel mendengus, menerima ponsel Bintang lalu mencatat nomor Senja di ponselnya.
"Dah," Rachel mengembalikan ponsel Bintang, "Lo ngapain, sih, nyuruh gue ngedeketin Senja?"
"Ya, gapapa. Kepo aja. Lagian Lily, 'kan, ngefans banget sama Senja, kalau lo ngedeketin Senja, gue jadi bisa membocorkan hal-hal tentang Senja ke Lily."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
أدب الهواة[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...