Hari kedua ramadhan.Viola mengapit ponselnya di antara bahu dan telinga, tangannya sibuk memotong-motong wortel dan kol untuk membuat bakwan.
"Iya, Ma. Ola ngajak temen-temennya Si Abang sama Adek bukber di rumah. Iya, ada Brian juga di depan."
Mama di seberang membalas, "Ohh, masak apa kamu? apa beli semua?" tanyanya di iringi tawa.
"Yang simpel-simpel aja." jawab Viola ikut tertawa, "Masa iya beli semua. Lagian ada yang bantuin kok, Ma."
"Kenapa cincaunya lo potong, sih!? Udah ah sana, nggak usah bantuin gue!"
"Lah, tadi minta tolong bantuin!"
"Ya, gue kira lo ngerti!"
Mendengar kebisingan di seberang, Mama mengkerutkan kening, "Siapa itu, La? Rachel?"
Viola meletakkan pisaunya lalu mencuci tangan, mengambil ponselnya yang sedari tadi ia himpit di bahu, di arahkan ke telinga. "Bukan, Ma. Pacarnya Bintang."
Mama diam sebentar, "Ohh, yang fotonya ada di instagram Bintang ya?" tanyanya yang di balas deheman pelan oleh Viola.
"Si Rachel nggak datang?"
"Datang tapi katanya telat. Padahal tadinya sengaja Ola suruh datang awal biar ada yang bantuin."
"Yo, gapapa, La. Ada pacarnya Bintang ini."
Viola tertawa, menunggu lanjutan kalimat Mama yang ternyata malah diam bingung harus mengatakan apa. Gadis berponi itu menghela nafas samar, "Maaf ya, Ma. Ola belum bisa bawa Bintang ke Semarang. Harusnya kita bisa buka puasa bareng-bareng disana."
"Ola.. gapapa, Nak. Jangan paksa Bintang ya. Biarin aja. Mama juga udah seneng tadi denger suara dia ngomel-ngomel ke pacarnya."
"Maaf ya, Ma."
"Gapapa, Ola." balas Mama mencoba terkekeh, "Lanjutin masaknya. Yang enak ya. 'Kan bentar lagi jadi ibu rumah tangga." goda Mama membuat Viola jadi tertawa menanggapi.
Percakapan keduanya selesai sesaat setelah Mama mengatakan bahwa ia harus pergi keluar membeli takjil untuk berbuka. Viola mengiyakan, memutus sambungan telepon mereka.
"Mbak, cincau nya ada yang di potong dadu sama Bintang." lapor Senja memamerkan hasil potongan cincau karya Bintang.
Viola menepuk keningnya, "Ampun deh itu bocah. Yaudah, gapapa, masukin aja nanti bareng cincau yang udah kamu serut."
Senja mengangguk bergegas ke dapur sebelah melanjutkan pekerjaannya. Viola melakukan hal yang sama. Melihat dua buah semangka tergeletak di lantai, Viola bergeser ke pintu dapur berteriak memanggil Bintang.
"Bintang! potong semangka nya terus kamu masukin ke kulkas!"
Bintang dari arah ruang tengah datang menghampiri, segera mengambil pisau besar siap memotong.
"Di potong segitiga. Awas aja kalau salah, lo nggak boleh makan."
Bintang mencibir, "Jahat amat."
...
"Alhamdulillah!!!"
Mendengar suara bedug dan adzan yang bersahut-sahutan, kedua belas orang yang berkumpul di ruang tamu cukup besar itu perlahan melantunkan doa. Setelahnya menyeruput air putih atau teh hangat yang sudah di siapkan. Beda dengan Lily yang langsung menegak es cappucino cincau buatan Senja.
Satu dua dari mereka mencomot gorengan, satu dua lagi sibuk mengambil nasi, satu dua lainnya berebut mengambil es cappucino cincau sampai tumpah-tumpah. Membuat Rachel yang posisinya persis di samping wadah es jadi menggeram kesal tak tahan untuk marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...