Satu minggu. Dua minggu. Tiga minggu. Sudah sebulan Senja dan Bintang menjalin hubungan. Dan selama itu lah warga Casabraga di buat bingung dan penasaran dengan keduanya. Bohong jika Senja tak sadar dengan tatapan sinis orang-orang yang selalu tertuju padanya. Bohong jika Bintang tak sadar dengan pertanyaan-pertanyaan tentang gadisnya yang sekarang lebih banyak di lontarkan padanya.Menjelang siang, Senja berjalan santai di koridor fakultasnya. Sebenarnya gadis itu tak suka bila ia berjalan seorang diri. Rasanya aneh, ia merasa seperti semua orang sedang membicarakannya, menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.
Senja mencoba untuk santai, membuka lokernya dengan kunci. Tepat sebelum memasukkan kunci tersebut, ia mengambil beberapa sticky notes yang tertempel disana. Warnanya beragam. Dengan tinta pulpen yang juga beragam. Isinya pun beragam.
"Sok-sokan phobia cowok kok malah gatal sana-sini."
Senja tersentak, menoleh ke samping kanannya mendapati Ellan yang sedang membaca salah satu sticky notes yang tertempel di lokernya.
"Lah, kalo gatal mah di garuk kali." cibir Ellan meremas sticky notes tersebut lantas membuangnya asal. Cowok itu tersenyum, menyapa Senja yang sedari tadi memandangnya datar, "Lihat Alvi nggak?"
"Kenapa lo nanya sama gue?" respon Senja jutek, "Harusnya samperin ke FEB."
"Gue udah kesana tapi nggak ada. Hpnya nggak aktif makanya gue nyamperin elo," jawab Ellan nyengir lebar. "Gue hari ini ulang tahun." ucapnya memberi tahu membuat Senja menatapnya dengan tatapan malas seolah berkata, terus gue harus apa?
"Lo harusnya ucapin selamat ulang tahun ke gue." lanjut Ellan sedikit jengkel melihat Senja yang tetap diam.
Senja memutar bola matanya, "Emangnya lo bocah SD?" sindir gadis itu membuat Ellan hampir mengumpat, "Gue nggak tahu Alvi dimana. Pergi sana." usirnya.
Ellan jadi mendelik, tak terima di usir begitu saja. Matanya sibuk memerhatikan Senja yang sedang meletakkan beberapa barang di dalam loker. Cowok itu memerhatikan banyak sticky notes yang tertempel disana lalu menyeletuk, "Lo pacaran sama Mas Bintang ya?"
Pertanyaan Ellan barusan sukses membuat Senja menoleh, menatap datar lelaki itu lantas kembali memalingkan wajah tak peduli. Ellan yang merasa di abaikan jadi protes, mencebikkan bibir marah pada kakak tingkatnya itu.
Dari ujung lorong terlihat Bintang yang berjalan menghampiri Senja. Satu dua menyapa Bintang ramah, satu dua yang lain kepo bertanya pada lelaki itu membuatnya sedikit risih.
"Anak-anak Casabraga juga tahu kali lo pacㅡlah, orangnya datang!" seru Ellan kaget melihat Bintang yang sudah berdiri di sebelahnya. Ia kembali tersenyum menampakkan gigi menyapa Bintang.
"Nggak pulang lu?" balas Bintang ikut menyapa, menepuk bahu Ellan pelan.
"Gue masih ada kelas dua jam lagi." jawab Ellan melengos. Kembali menatap Senja yang sudah menutup lokernya dan mulai mencabut sticky notes satu persatu, "Lo mau pulang ya, Kak? ikut dong." pintanya tanpa malu-malu membuat Senja dan Bintang jadi menoleh bersamaan.
Senja menyipitkan matanya dengan kening mengkerut, ini bocah apa-apaan sih.
"Siapa tahu Alvi ada di rumah lo. Please."
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Apa sih yang membuat Ellan naksir pada gadis bar-bar nan galak itu?
"Lo cari lagi aja dia di FEB." kata Senja jelas menolak permintaan Ellan, "Tanya teman-temannya Alvi."
"Gue nggak tahu teman-temannya Alvi."
Senja mendecih sebal, meremas sticky notes warna-warni di tangannya dan melemparkannya ke arah Ellan, "Payah." makinya segera melangkahkan kaki pergi menyusuri koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fiksi Penggemar[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...