Setelah menginap di Yogyakarta selama beberapa hari, Senja dan kawan-kawan kembali ke Jakarta. Sama halnya dengan kakak beradik Atmaja. Mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun ada hal yang berbeda bagi Bintang, cowok itu jadi punya alasan lain untuk tertawa saat melihat ponselㅡyang biasanya hanya tertawa saat melihat meme di twitter."Jadi, sekarang lo pacaran sama Senja?" tanya Bhakri tak percaya. "Gue masih heran, kok bisa sih si Senja naksir elo." lanjutnya membuat Bintang menggeram ingin menghabisi cowok itu.
Selesai kuliah, keempatnya malah enggan pulang ke rumah. Memutuskan untuk pergi ke kantin sembari mengisi perut dengan uang Bintang. Alasannya, sih, minta traktir karena berhasil pacaran sama Senja.
"Lo gapapa?" tanya Reynald pada Vernon di depannya. Jelas sekali cowok itu tahu apa yang di maksud oleh perkataan Reynald barusan.
"Iya, Bul, lo nggak sakit hati?" timpal Bhakri ikut-ikutan, "Apa kita perlu keluarin Bintang dari circle kita?"
"Woy!" Bintang memprotes marah, menjambak rambut Bhakri membuat lelaki itu mengaduh meminta ampun.
Vernon mendesis sebal melihat keduanya lalu menjawab, "Kita bukan anak SD yang lagi rebutan cewek kali. Santai aja." ujarnya tenang sembari meneguk teh dingin kemasan miliknya.
"Lapang bener ye hati lo," celetuk Bhakri. "Udah ada gantinya ya?"
"Sok tahu lo."
"Yee, gue kan cuma nanya!"
Reynald memutar bola matanya malas. Lelaki itu merasa hanya ia yang waras disini. Beberapa orang yang ada disana jadi melirik ke meja mereka karena teriakan kencang Bhakri dan Vernon yang bersahutan. Bintang cengar-cengir, menundukkan kepala meminta maaf lantas memukul paha Bhakri cukup kencang.
"Eh, Rey," panggil Bintang membuat Reynald yang baru saja ingin menyalakan pemantik rokok jadi mendongak mengangkat dagu bertanya. "Lo sejak kapan deket sama Viera?"
Cowok itu tersentak jadi mengerjap-ngerjap gugup. Satu tangannya yang sudah terangkat ingin menyalakan pemantik rokok jadi urung. Lalu berdehem pelan mencoba menjawab pertanyaan Bintang sebisa mungkin, "Udah lama."
...
Melamun sudah menjadi kebiasaan bagi seorang Senja Arshyla. Hari ini kelasnya selesai lebih cepat. Entah ada angin apa yang membuat dosennya memutuskan untuk mengakhiri kelas sepuluh menit lebih awal. Senja menopang dagu dengan pandangan kosong, menatap teman-teman sekelasnya yang sudah mulai berkemas merapikan buku.
Terhitung sudah lima hari sejak ia kembali dari Yogyakarta. Dan sampai sekarang gadis itu belum bertemu kembali dengan Bintang. Senja mengerjap-ngerjap menegakkan punggung tiba-tiba, membuat salah satu teman di depannya melirik bingung lantas bertanya pada Bianca. Bianca menoleh, menjawab pendek. Menyuruh temannya itu abai karena Senja memang selalu aneh seperti itu.
"Heh, lo mau disini terus?" tanya Bianca mendorong bahu Senja membuat gadis itu tersentak sadar. "Ayo balik."
Senja beringsut berdiri, mengikuti Bianca di depannya. Sepanjang perjalanan turun ke lobby fakultas, mereka berbincang-bincang. Membahas tugas yang tadi di berikan dosen secara berpasangan. Sudah jelas mereka akan mengerjakan tugas itu bersama.
"Senja!"
Asik mengobrol berdua, Senja tak sadar kalau Bintang sedang berlari menghampirinya. Ia termangu dengan kedua alis yang menyatu.
"Hai?"
Sapaan khas Bintang membuatnya mendongak menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu. Melihat Senja yang terus diam membuat Bintang tertawa, tangannya mengusak rambut Senja gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Melukis Senja
Fanfiction[ END - LENGKAP ] Senja itu androphobia. Semua cowok di mata Senja itu sama, sama-sama nyeremin. Kecuali sang ayah, kakaknya, Raylan, dan cowok favorit Senja sejak dulu, Rizqy Bintang Atmaja. "Ja, secinta apa, sih, lo sama si Bintang?" Senja meneguk...