Empat Puluh Empat

6 3 3
                                    

Semua manusia bisa berubah. Karena apa? Ada yang bilang, hati manusia dapat dibolak-balikkan dengan mudah. Sebagai manusia, kita harus membantu orang lain dalam mengubah diri menjadi lebih baik.
Aras Oktarlyn

Pertemuan tak terduga Aras dengan Gerandra membuat cewek itu sadar, kalau ini semua baru permulaan. Ucapan Gerandra kemarin berarti gawat baginya. Hidupnya tak akan tenang lagi.

Ingin Aras membicarakan hal ini dengan Riza, tentang identitas Gerandra. Namun ia tak mau merepotkannya. Riza sudah sangat baik, selalu membantu dikala dirinya kesulitan. Urusan yang satu ini akan menambah beban hidupnya.

Jamkos di kelas XII MIPA 1 tak sericuh di kelasnya, di SMA Libra. Di sini semua murid berkelakuan baik, menjaga nama baik kelas. Siswa-siswi mengisi jamkos dengan belajar.

Aras melihat kepada teman sebangkunya—Alfina, terlihat sedang mencatat materi yang sebelumnya telah diterangkan. Pandangannya beralih ke sebelah kanan dirinya, ia melihat hal yang sama. Selain itu, ada siswi yang terlihat sedang membaca buku, membuatnya merasa melihat cerminan dirinya sendiri.

Apa gue kayak gitu ya kalau lagi baca buku?  Aras tertawa geli dalam hati.

Di sisi kiri juga sama pemandangannya, semua siswa di sana sedang belajar, baik perempuan maupun laki-laki, benar-benar memanfaatkan waktu jamkos dengan sebaik-baiknya. Ini kelas yang Aras impikan selama hidup.

Alfina yang merasa teman sebangkunya sedang melakukan hal tak berfaedah, mengentikan aktivitas mencatat dan menegur Aras. "Ras, kamu lagi ngapain?"

Aras menggeleng pelan. "Gak ngapa-ngapain, Fin. Gue cuma lihat-lihat aja suasana jamkos saat ini. Semua siswa di sini pada rajin-rajin, ya? Biasanya waktu jamkos pada ribut, ini sebaliknya," ungkapnya kagum.

Alfina mengangguk setuju dengan ungkapan Aras. "Benar, Ras. Siswa di sini ambis semua, aku jadi capek susul mereka," keluhnya, lalu tertawa pelan. Aras pun ikut tertawa.

Tiba-tiba bel istirahat berbunyi, membuat Aras dan Alfina keluar dari kelas dan menghampiri kelas Riza.

"Riza, ke kantin, yuk!" ajak Aras dan Alfina.

Riza yang sedang berkutat dengan catatan menoleh ke sumber suara, tersenyum dan mengangguk. "Yuk!" Ia keluar kelas dan berangkat ke kantin bersama-sama.

Tiba di kantin, Riza langsung menyerobot antrean untuk mengambil semangkuk mie ayam. Aras dan Alfina spontan menepuk jidat.

Mereka berdua memilih untuk duduk dan menunggu antrian selesai. Tak lama kemudian Riza timbul dari banyaknya kerumunan. Ia membawa dua mangkok dan memberikan satu mangkok mie ayam pada Aras.

"Makasih, Riza," ucap Aras senang, dibalas dengan anggukan oleh Riza.

"Loh, mana mangkok aku, Za?" tanya Alfina bingung.

"Ambil sendiri," jawab Riza santai. Ia duduk dan mulai memakan mie ayam miliknya.

Alfina beranjak dari duduknya. "Cih, ngambilin buat Aras doang." Ia pergi mengantre untuk membeli mie ayam dengan perasaan kesal.

Sembari menunggu Alfina, Aras dan Riza makan lebih dulu. Satu sama lain diam menikmati makanannya masing-masing. Kemudian Alfina menyusul.

Tak lama kemudian, mie ayam mereka telah habis. Semuanya puas dengan apa yang telah dimakan. Riza mengajak Aras dan Alfina untuk meninggalkan kantin, karena telah membayar mie ayam. Begitu Aras bangkit dari duduk, seseorang menggebrak meja mereka bertiga.

Tentunya semua terkejut. Saat Aras melihat siapa pelakunya, rasa kagetnya bertambah.

"L-lo?" ucap Aras sambil menunjuk orang itu. Yang ditunjuk merasa marah karena merasa Aras tidak sopan pada dirinya.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang