Dua puluh enam

51 26 21
                                    

Hadirmu membawa kebahagian hakiki. Namun pergimu meninggalkan rasa sakit yang menetap abadi di hati.
Dika Wijayandra

Penolakan dari Aras membuat Dika kehilangan semangat hidupnya. Kini ia selalu mengabaikan panggilan orang lain, tidak mengerjakan tugas dengan baik, menyendiri, dan berbagai dampak buruk lainnya. Aras telah membuatnya tersiksa atas nama cinta.

Sungguh, sebelumnya Dika tak pernah merasakan hal seekstrem ini. Ketika ditinggal pergi mantan-mantannya dulu, ia merasa biasa saja. Membiarkannya pergi tanpa ada penyesalan di hati. Namun kini, ketika Aras pergi meninggalkannya, jiwanya mendadak mati rasa, seakan tak mau tinggal di raga seorang cowok ganteng yang menjadi most wanted SMA Leo. Ditambah hubungan mereka yang kian menjauh, menjadikan Dika seperti orang gila yang kurang obat.

Kenapa mencintai lo harus sesulit ini, Aras? batin Dika frustasi. Ia menjambak kasar rambutnya sampai tak sengaja kukunya yang panjang mencakar kulit kepalanya. Darah mengalir perlahan namun banyak, membuat Dika kalut karenanya. Segera ia mencari kotak P3K dan mengobati luka yang diciptakannya itu.

"Dika, kenapa kamu menjambak rambutmu sendiri? Ada apa, Nak?" tanya bundanya khawatir. Ternyata bundanya telah melihat dari awal sikap brutal dan nekat Dika yang datang tiba-tiba.

"Eh?" seketika Dika salah tingkah. "Aku gapapa kok Bun, tadi cuma akting doang," jawabnya sambil tertawa kikuk, jelas sekali bohongnya.

Bunda Dika menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar kamu, aktingnya kok gak natural, sih? Lain kali kalau mau akting tuh belajar dulu, jangan mendadak gini. Keliatan banget bohongnya."

Duh ... mampus gue kalau gini.

"Hehe," Dika hanya bisa membalas dengan kekehan. Mau bagaimana lagi? Bohong juga percuma, karena sudah ketahuan dari awal.

Bunda Dika bergerak mendekati anaknya. "Memangnya kamu punya masalah apa, Nak, sampai-sampai kamu frustasi dan terlihat seperti orang yang ingin bunuh diri?" tanyanya resah. Bagaimana tidak? Melihat anaknya yang menyiksa diri sendiri menjadikan pikirannya dipenuhi pendapat-pendapat negatif.

"Gapapa kok Bun, tenang aja," jawab Dika berbohong, sangat jelas terlihat secercah kebohongan di matanya.

"Kamu gak pandai bohong loh, curhat aja deh ke Bunda, mungkin Bunda bisa ngasih solusi buat permasalahan kamu."

Dika menghela nafas pasrah. Rasanya percuma saja ia menghindar dari pertanyaan bundanya. Karena semakin ia menghindar, bundanya akan semakin mencecoki banyak pertanyaan yang membuatnya pusing, apalagi saat-saat seperti ini.

"Hm, jadi gini Bun," Dika mulai membuka suara, setelah keheningan mendominasi keadaan mereka. Dika mulai menceritakan dari awal sampai akhir, yaitu dari saat ia mengungkapkan perasaannya pada Aras sampai hal yang saat ini sedang Dika jalani. Mencoba menjauhi Aras dengan tujuan untuk melupakannya.

"Oh jadi gitu ya," bunda Dika manggut-manggut paham. "Kalau gitu kamu balikan lagi sama cewek itu."

"Hah balikan? Aku sama Aras belum pacaran, Bun," balas Dika tak terima.

"Ooohh ..... ternyata nama cewek yang kamu maksud  selama ini bernama Aras, toh ...."

Anjir gue keceplosan! rutuk Dika dalam hati.

"Santai aja Nak, gak usah takut gitu liat bunda yang udah tau nama gebetan kamu," bunda Dika terkikik mendengar ucapannya sendiri, membuat Dika menggerutu kesal.

"Hm, begini Nak, maksud bunda tadi tuh, perbaiki hubungan kalian, buatlah Aras dekat denganmu lagi walau bukan berstatus pacar."

Dika ber-oh-ria mendengar maksud dari bundanya.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang