Lima Puluh Satu

2 2 6
                                    

Terkadang waktu berlalu begitu cepat, tanpa sadar menikmati momen dengannya hingga ia menegur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang waktu berlalu begitu cepat, tanpa sadar menikmati momen dengannya hingga ia menegur.
Riza

Tak terasa, hampir satu minggu Aras lalui. Sabtu ini seluruh kelas free, karena para guru disibukkan dengan urusan yang tak perlu diketahui siswa, dan siswa pun tak peduli akan hal itu. Yang penting, hari ini sepenuhnya tidak belajar.

Kesempatan ini dimanfaatkan Aras dan kedua kawannya untuk berkeliling sekolah, mengingat-ingat detail SMA Pisces sebelum ia pergi esok hari. Untungnya mereka bertiga tak terlihat kurang kerjaan karena hanya berkeliling, banyak siswa yang bermain di seluruh sudut sekolah. Para guru benar-benar membebaskan anak didiknya.

Hampir satu sekolah sudah mereka bertiga lewati, menyisakan taman sekolah kedua yang cukup sepi pengunjung. SMA Pisces memiliki 2 taman yang selalu dirawat bersama oleh seluruh warga sekolah. satu di depan perpustakaan—yang selalu ramai diisi siswa—dan satu di depan lab Kimia—yang terkenal horor, jadi taman di sana pun hanya sedikit yang mau mengunjunginya. Namun bagi mereka bertiga, itu bukan masalah. Seram tidaknya suatu tempat itu, tergantung pribadi dan kepercayaan masing-masing.

Puas menikmati keindahan taman, tiba-tiba suara tak asing memanggil Aras untuk menghampirinya.

"Aras, sini!" Aras dan kedua kawannya menoleh ke belakang, terlihat Gerandra sedang duduk sendiri di salah satu kursi taman. Ada 2 kursi, satu di depannya kosong.

"Andra?" seru Aras kaget. Ia sama sekali tak menyangka kalau cowok itu ada di sini. Mereka menghampiri Gerandra yang masih memasang senyum ramah.

"Halo, Andra!" sapa Alfina riang begitu sampai di tempat Gerandra.

"Hai, Alfina," sapa cowok itu. Ia melirik Aras sebentar, dan kembali menatap Alfina dan Riza, "boleh gue pinjem Aras sebentar? Ada yang mau gue omongin sama dia."

Kedua kawan Aras saling melirik, berpikir. "Boleh," jawab Riza.

"Eh?" Aras melirik Riza heran, lalu ke Gerandra. "kenapa mereka gak boleh ikut?" tanyanya.

"Gapapa, Ras, mungkin Andra mau bicara hal penting sama kamu." Riza yang menjawab.

Alfina mengangguk setuju. Menarik lengan Riza. "Kami pergi dulu ya, dah!" Mereka berdua langsung pergi, meninggalkan Aras berdua dengan Gerandra. Baru saja ingin protes, tapi mereka terlanjur menghilang.

Aras menduduki kursi kosong di depan cowok itu. Gerandra masih memasang senyum, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Ini buat lo, sebagai tanda terima kasih dan perpisahan dari gue."

Terkejut tentunya, melihat benda yang diberi Gerandra adalah 3 buah buku non-fiksi yang sedang Aras cari. Padahal ia tak pernah membicarakan buku itu, tapi Gerandra bak mengetahui keinginannya.

"Makasih banyak, Andra. Tiga buku ini lagi gue cari-cari. Makasih banget pokonya." Aras tak henti-henti memeluk buku pemberian Gerandra. Tiga keinginannya terkabul sekaligus, padahal ia tengah menabung untuk membelinya, mengingat harga masing-masing buku lumayan mahal.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang