Lima Puluh Tiga

1 0 0
                                    

Mengapa saat ada niat menyelesaikan masalah, justru masalah lain datang silih berganti?Aras Oktarlyn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengapa saat ada niat menyelesaikan masalah, justru masalah lain datang silih berganti?
Aras Oktarlyn

Keanehan sikap Dika yang mendadak membuat Aras overthinking, berbagai kemungkinan alasan dan dampak terburuk muncul di pikiran. Membaca pun jadi tak fokus, untungnya untuk belajar tidak ada pengaruh berarti.

Aras terus memikirkannya, walau ia tahu ia salah. Dirinya bukan siapa-siapa Dika, hanya seseorang yang kejam menolak perasaan cowok yang terus memperjuangkannya berkali-kali. Aras tahu, ia tak berhak mengkhawatirkan Dika. Namun, apakah perasaan bisa dibohongi?

"Dika jadi cuek bukan semata-mata karena ucapan gue waktu itu, soalnya dari awal bertemu, dia sudah berubah," resahnya. Mondar-mandir mencari jawaban walau mustahil.

"Gue gak seharusnya overthinking soal ini, tapi entah kenapa terus aja mikirin Dika."

Mendesah pasrah, menghampiri meja belajar dan menggebrak pelan membuat beberapa alat tulis bergetar. Ia mendudukkan diri, mengusap wajah dan kepala, frustrasi.

"Jadi gini ya, rasa penyesalan karena nolak Dika," gumam gadis bibliophile. Tangannya bergerak mengambil handphone. Membuka galeri dan melihat-lihat fotonya bersama Dika, foto candid dirinya yang difotokan oleh Dika, atau foto Dika sendiri yang iseng diberikan pada Aras. Ia sebenarnya menolak adanya foto itu, tapi cowok itu terus mengirimkan.

"Gak tahunya ... udah lama dan banyak banget momen yang dicipta kita, tapi status kita gini-gini aja." Aras menekan tombol 'kembali', keluar dari galeri. Jemari mencari-cari kontak sahabat yang selalu bersama Dika ketika di sekolah.

"Halo, Via. Boleh gue ke rumah lo hari ini? Gue mau cerita satu hal."

***
Aras menekan bel rumah Via, dalam waktu kurang dari 2 menit sahabatnya langsung membuka pintu, menyambutnya masuk.

"Udah lama lo gak ke rumah gue. Yuk masuk, Ras."

Benar apa yang dikatakan Via, terakhir ia mengunjungi rumah sahabat masa SMP-nya yaitu saat kelas 10 SMA, di mana satu sama lain belum terlalu memikirkan belajar dan belajar. Masa santai di mana fokus untuk menemukan hal, pengalaman, dan teman baru.

Aras melangkah masuk, mengikuti Via ke kamarnya. Rumah sahabatnya cukup unik, seluruh sudut diisi lemari atau rak berisi patung karakter film Marvel, Disney, dan lainnya. Keluarganya memang pecinta film. Tanpa sadar Aras sampai di kamar Via.

"Lo mau cerita apa, Ras?" tanya Via membuka percakapan. "Gue tebak, ini soal Dika, ya?"

Aras tertawa canggung, ternyata sudah ketahuan motif ia bertemu Via. "Iya, Via. Gue mau cerita tentang kemarin-kemarin, tentang sikap dia yang mendadak berubah."

Aras mulai menceritakan pertemuannya dengan Dika di Kota Tua, saat ia belum memberitahu siapapun mengenai kepulangannya. Dika lebih dulu menyapa Aras, terlihat raut ramah di sana. Namun selanjutnya, saat Aras menceritakan pengalaman di Kebumen, tatapannya mendadak hampa. Dia tetap tersenyum, tapi Aras dapat merasakan kalau itu senyum tawar dan palsu untuk menghargai antusiasmenya. Lalu ia juga menceritakan soal Dika yang melewatinya begitu saja tanpa menyapa saat pulang sekolah.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang