Sahabat, bagaimana kabarmu di sana? Baru dua hari kau pergi, kami merindukan sosokmu yang erat dengan buku. Semoga kau baik-baik saja di sana. Jangan lupa bawa cogan pas pulang.
Semua Sahabat ArasSesuai dengan ucapan bu Linda, Alfina merupakan siswi yang ramah bagi Aras. Dengan sabar ia mengajarkan beberapa kosa kata bahasa Jawa dan mengenalkan lingkungan sekolah-ditemani Riza juga pastinya.
Aras tak menyangka juga, kalau mereka berdua mempunyai hobi yang sama. Suka dengan makan dan olahraga basket. Pantas saja badan mereka berdua nampak atletis saat mengenakan pakaian olahraga.
Ngomong-ngomong, mata pelajaran pertama pada hari ini adalah olahraga. Sayang sekali, Aras tak membawa baju olahraga karena tidak diberitahu. Alhasil hanya ia sendiri yang diam di pinggir lapangan menonton orang-orang bermain basket. Hal itu menjadi peristiwa yang disyukuri baginya, karena Ia sangat tidak suka dengan olahraga bola besar dan kecil.
Kecuali permainan tenis meja.
Waktu istirahat berlangsung. Aras, Riza, dan Alfina bergegas menuju perpustakaan-tentu diajak oleh Aras.
"Aku tak tahu kalau kamu sangat suka dengan buku, Aras," ungkap Riza saat melihat Aras sedang membaca buku dengan serius.
"Iya, Riza, aku juga gak nyangka kalau Aras seorang Bibliophile." timpal Alfina.
Tiba-tiba saja dahi Riza mengerut. "Apa? Bibliophile? Aku ra mudeng, Fin. Emang apa maksudnya?"
"Gie ...." Alfina mengetikkan istilah yang diucapkan oleh Riza di laman pencarian. Seperti biasa, jawaban yang mereka cari terpampang dengan jelas dan cepat.
"Bibliophile yaitu orang yang sangat menyukai buku." Alfina membaca hasil pencarian mereka tentang bibliophile, dibalas dengan oh-ria oleh Riza.
Alfina dan Riza terus mengoceh Seakan-akan dunia milik berdua. Gara-gara itu, Aras mendadak kesal. Semua pasti tahu kalau lingkungan yang berisik adalah hal yang paling dibenci seorang bibliophile saat membaca buku.
"Kalian berdua terus mengoceh sampai lupa kalau kalian lagi di perpustakaan," sindir Aras. Spontan mereka berdua menoleh pada Aras dan menyengir.
"Ngapunten, Aras, kita lupa, hehe," ucap Riza dan Alfina berbarengan.
Aras kaget karena kedua temannya bisa mengatakan hal yang sama, berbarengan pula. Kemudian, ia menyunggingkan senyum yang menggoda.
"Cie ... barengan nih yeee .... Jangan-jangan kalian jodoh?"
"ORA!" potong mereka berdua dan lagi-lagi berbarengan.
"Aku ra gelem kalau nduwe jodoh kaya dia!" Riza mengelak tegas sambil menunjuk Alfina dengan tatapan ngeri.
Yang ditunjuk pun tak kalah sengitnya. "Emang sopo sing gelem karo kowe, hah? Sing ana cah wadon ilfeel pas ndelok kowe!!"
Hadeuh ... lagi-lagi berisik. Cape gue lama-lama.
"Dahlah, gue balik ke kelas aja. Kalian berantem mulu bikin gue tambah pusing!" Aras beranjak dari tempat duduk dan pergi meninggalkan temannya yang sibuk bertengkar.
Riza dan Alfina menghentikan adu mulutnya. Mereka kebingungan melihat Aras yang pergi sendirian.
"Ras, memang kamu sudah hafal sama denah sekolah? Mau nyasar?" celetuk Riza. Alfina yang mendengar tertawa dibuatnya.
Mendengar pertanyaan Riza, Aras mematung. Ia sama sekali belum hafal seluk-beluk SMA Pisces. Ia merasa kalah.
"Oke," ucap Aras pada akhirnya, sambil berbalik menghadap kedua temannya, "ayo ke kelas bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
For You:Please Come Back (TAMAT)
Teen FictionSesal dulu sependapat, sesal kemudian tiada guna. Itulah yang dirasakan Aras Oktarlyn, seorang gadis yang telah menyia-nyiakan seorang lelaki yang mencintainya dengan tulus. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk menyia-nyiakannya, namun ada suatu ala...