Suatu karakter tercipta bukan tanpa alasan, tergantung dari bagaimana sang pemilik ditempa di masa lalunya.
Aras Oktarlyn
"Kak Aras, kakak dipanggil ke ruang kepsek."
Seorang siswi kelas 10 menghampiri Aras yang sedang membaca di kantin, menunggu kedatangan kedua sahabatnya.
"Eh? Oke, makasih ya untuk infonya," balas Aras dengan bingung menyerta. Siswi itu mengangguk dan pergi meninggalkan dirinya.
Aras mengambil handphone dari saku, mengabari Riza mengenai hal ini.
Aras Oktarlyn
Riza, gue gak jadi makan bareng kalian, ya. Gue dipanggil ke ruang kepsek.Selesai, ia beranjak, pergi meninggalkan kantin.
Jarak kantin dan ruang kepala sekolah lumayan jauh, cukup memberi waktu untuk pikirannya bertanya-tanya sepanjang ia melangkah. Terakhir dirinya ke ruang kepala sekolah itu, saat pertama kali masuk SMA Pisces. Untuk apa ia dipanggil lagi? Apakah ada keperluan penting lainnya?
Sesampainya di ruang kepala sekolah, mengetuk pintu di depan untuk izin memasuki ruangan.
"Masuk," ucap seorang pria di dalam. Aras tahu, itu kepala sekolah. Membuka pintu, melihat orang nomor satu di sekolah sedang membaca berkas-berkas penting.
Kepala sekolah melirik Aras. "Silakan duduk, Aras." gadis itu mengangguk, mematuhi perintah beliau.
"Jika saya boleh tahu, maksud saya dipanggil ke sini itu apa ya, pak?" tanya Aras, membuka percakapan.
Kepala sekolah dengan nametag Ibnu Bagus Pangestu M.Pd mengalihkan seluruh atensinya pada siswi di depannya. "Begini, Aras. Saya akan memberitahukan beberapa informasi terbaru mengenai pertukaran pelajar yang sedang kamu lakukan."
Aras bergeming, menyimak.
"Setelah 4 tahun lamanya program pertukaran pelajar antar SMA Zodiak dihentikan, akhirnya tahun ini kembali dilaksanakan dan sudah setengah jalan. Namun setelah didata lebih lanjut, ternyata rata-rata peserta program ini adalah siswa-siswi kelas 12 sepertimu. Padahal yang direkomendasikan mengikuti ini adalah siswa kelas 11.
"Maka dari itu, para guru yang mengurusi program ini memutuskan, waktu berlangsungnya pertukaran pelajar dipercepat. Dari yang semula dua bulan, menjadi satu bulan lebih satu minggu." Pak Ibnu kembali membuka berkas.
Pupil Aras melebar, terkejut. Sama sekali tak menduga bahwa kabar ini yang membawanya ke ruang kepala sekolah.
"Kenapa dipercepat, Pak?" Aras memiringkan kepala ke samping, mengernyitkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You:Please Come Back (TAMAT)
Teen FictionSesal dulu sependapat, sesal kemudian tiada guna. Itulah yang dirasakan Aras Oktarlyn, seorang gadis yang telah menyia-nyiakan seorang lelaki yang mencintainya dengan tulus. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk menyia-nyiakannya, namun ada suatu ala...