Hidup ini nyatanya adalah kompetisi. Di mana jika ingin mendapat sesuatu, harus bersaing dengan orang lain.
Melinda MaulinaRasa sakit itu belum jua hilang walau Aras menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal. Bayang-bayang Melinda selalu menemani, enggan lenyap dari benak. Terlihat sekali Aras frustrasi, sampai sang ibu menanyakan keadaannya.
Aras berkali-kali membuka sosmed, entah apa tujuannya. Walau sebenarnya itu salah, karena benda yang ia pegang sekarang bisa menjadi pemicu memori yang ingin dilupakan.
"Aras, ini sudah siang. Sana, berangkat sekolah," seru ibunya dari dapur, terdengar sampai kamar. Aras menepuk dahi, baru sadar kalau sekarang ia harus berangkat sekolah.
Aras meminta ibunya untuk menyiapkan kebutuhan sekolah lebih pagi dari biasanya, dan beliau menyetujui. Di sinilah Aras sekarang, pukul 06.00 sudah stay di depan gerbang. sampai-sampai satpam yang bertugas membuka gerbang kaget melihat kehadiran Aras.
"Eh, neng Aras? Tumben jam segini udah di sekolah, biasanya jam setengah tujuh lebih baru sampai." Satpam itu menyapa Aras ramah. Aras memang dikenal hampir seluruh warga sekolah karena prestasi dan julukan kutu buku.
"'Iya, Mang, lagi pengen berangkat pagi. Saya izin masuk, ya," balasnya sekaligus minta izin. Satpam dengan logat bicara khas jawa barat mempersilakan dirinya masuk.
Padahal, tujuannya berangkat pagi itu, untuk menghindari pertemuannya dengan Melinda, walau ia pasti akan menemuinya. Apalagi Melinda itu duduk satu meja dengannya.
"Kenapa sih, dunia sesempit ini?" gerutunya kesal., menaruh tas di kursinya dengan gerakan kasar. Baru saja satu detik ia mendudukkan diri, orang yang ingin ia hindari memasuki kelas.
"Pagi Aras," sapa Melinda riang, tak terlihat malu atau rasa bersalah sedikitpun. Itu membuat Aras semakin kesal, bagaimana Melinda bisa melakukannya?
Menyadari tak ada respon dari Aras, Melinda kembali berucap, "oh iya, gue lupa kalau lo lagi kesel sama gue," tawanya pelan.
Melinda ikut mendudukkan diri di sebelah gadis bibliophile yang kini menatapnya sebagai rival. melirik dan menoleh, memasang senyum ramah. "Lo tentu mau denger penjelasan dari gue, 'kan?"
"Iya," jawab Aras tegas, lalu beralih tatapan ke gadis dengan rambut kuncir kuda di sampingnya. "Jelasin ke gue, semuanya." Mata menyipit curiga, intonasi kata ia tekankan dengan tegas.
Melinda mengangguk. ia memosisikan diri senyaman mungkin dengan menyenderkan tubuh ke bangku, lalu menyilangkan lengan dan kaki. pandangannya tak sepenuhnya ia beri untuk Aras, terkadang melirik arah luar kelas.
"Sebenernya gue itu mantan Dika, yang terakhir dan paling langgeng hubungannya. Setahun lebih."
Aras refleks menutup mulut, tubuh membeku. Pernyataan Melinda menjadi guncangan baru baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You:Please Come Back (TAMAT)
Novela JuvenilSesal dulu sependapat, sesal kemudian tiada guna. Itulah yang dirasakan Aras Oktarlyn, seorang gadis yang telah menyia-nyiakan seorang lelaki yang mencintainya dengan tulus. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk menyia-nyiakannya, namun ada suatu ala...