Lima Puluh Dua

2 1 0
                                    

Apa aku harus terus mempertahankan ketidakpastian ini?Dika Wijayandra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa aku harus terus mempertahankan ketidakpastian ini?
Dika Wijayandra

Aras mendapat jatah libur satu hari untuk beristirahat. Sore hari setelah sampai di rumah, kedua orang tuanya menyambut Aras antusias, rindu karena tak melihatnya selama satu bulan. Gadis berambut panjang sepunggung itu terharu, juga merindukan keluarganya.

Sepanjang malam dan keesokan paginya Aras terus bercerita tentang kampung halaman, sahabatnya, suasana sekolah yang ia tempati untuk pertukaran pelajar, dan masih banyak lagi. Clara mendengar dengan seksama, Bagas sekali-kali bertanya tentang sekolahnya. Ibunya bertanya tentang Riza dan neneknya.

Siang ini, dirinya pergi refreshing ke Kota Tua. Sengaja mengambil waktu siang hari, agar tak dikira bolos. Ia belum memberitahu siapapun mengenai kepulangannya. Sesekali memikirkan sahabat-sahabat yang pasti merindukan dirinya. Aras merindukan Rely dan Asya, Via, juga ....

Dika.

Terlintas nama itu lagi di pikiran.

Batin Aras kembali berkecamuk. Ia bingung dengan perasaannya pada Dika, apakah semakin mencintainya atau sebaliknya. Niat move on tinggi sekali, tapi selalu saja ada yang menghalangi, baik dari luar maupun dalam diri.

Setiap berusaha melupakan Dika, lelaki itu tiba-tiba muncul di hadapannya, bersikap seperti biasa yang membuat hati Aras kembali menghangat. Begitu Dika pergi, gadis itu baru menyadari kalau ia gagal lagi.

Terakhir berkomunikasi dengan Dika, saat dia mengajak video call ketika Aras masih sekolah di SMA Pisces. Lalu Riza dan Gerandra terus mengungkit nama itu, membuat usaha Aras gagal lagi dan lagi.

Apakah ia harus mengakui perasaannya pada Dika? Tapi ia takut menjalani hubungan, terlalu banyak kemungkinan buruk yang pasti mendera.

Sepertinya, perasaan Aras pada Dika semakin besar.

Aras berjalan kaki melewati berbagai tempat dengan spot foto menarik dan instagramable. Namun ia tak tertarik untuk berfoto, karena tak membawa teman berfoto. Dirinya ingin lebih fokus merilekskan pikiran, healing. Sesekali bertemu bule.

Tak terasa ia sampai di Alun-alun Fatahillah, tempat di mana banyak sekali orang berkumpul dan kebanyakan membawa teman atau keluarga. Hanya Aras yang berdiri sendirian di sana.

"Aras, lo udah pulang?"

Tubuh Aras menegang, tak langsung menjawab, menolak yakin tentang siapa orang di belakang yang telah menyapanya.

Namun, suaranya sangat ia kenal.

Pelan-pelan menoleh, sungguh belum siap jika orang di belakangnya adalah yang sedang ia pikirkan, walau di sisi lain senang bukan main.

"Dika?" sapa Aras, disertai bingung. Ternyata yang memanggilnya benar Dika, suatu kebetulan yang sangat tidak diduga.

"Bener lo ternyata," Dika tersenyum ramah, melambaikan tangan pada Aras. "Apa kabar? Gak bilang-bilang kalau lo balik hari ini."

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang