Empat Puluh Delapan

2 3 4
                                    

Heran, kenapa ada saja manusia yang mencampuri urusan orang lain?Gerandra Andrea Putra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heran, kenapa ada saja manusia yang mencampuri urusan orang lain?
Gerandra Andrea Putra

Aras bangun lebih pagi dari biasanya, giliran piket menanti. Semenjak bersekolah di SMA Pisces dan jauh dari orang tua, kebiasaan dibangunkan oleh orang lain harus ia ubah. Tak mungkin dirinya meminta bantuan nenek untuk membangunkannya setiap pagi. Akan sangat merepotkan. Sedangkan rutinitas pagi lainnya, sama seperti di Jakarta.

Biasanya Aras berangkat sekolah bersama dengan Riza. Namun sekarang ia memilih naik angkutan umum, ingin merasakan rasanya ke mana-mana sendiri dengan transportasi yang tersedia. Aras menikmatinya. Menatap sawah hijau membentang di sepanjang perjalanan, mentari yang masih jua malu-malu menampakkan diri walau sinarnya mulai menyambut dunia, langit bersih tanpa awan bak menatap laut lepas di atas kepala. Tangan gadis bibliophile tak absen menggenggam buku bacaan baru yang kemarin ia pinjam dari perpustakaan, menarik perhatian penumpang lain karena hanya ia yang menggenggam buku.

Sampai sekolah pukul 06.15 WIB. Bergegaslah ia menuju kelas, melaksanakan piket harian. Genangan air menyambut dirinya, mengingatkan bahwa semalam hujan turun dengan derasnya. Hati-hati Aras menapak. Di tengah fokus melewati genangan air yang memantulkan bayangan dirinya, ia mendengar suara yang familiar di telinga.

"Mana rokok yang gue pinta kemarin?"

"Maaf, Andra. Gue gak punya uang buat beli rokok itu."

"Banyak alesan!!"

Aras meringis pelan begitu mendengar pukulan dan tamparan. Jaraknya lumayan dekat, dan itu ada di belakang perpustakaan yang memang jarang dilalui oleh siswa. Aras sigap mendatangi lokasi, dengan niat menghentikan perkelahian pagi.

"Jangan!!" teriak Aras dengan tangan menahan pukulan hampir tepat mengenai pipi siswa yang menjadi korban. Sedikit terdorong ke belakang, tapi ia tak mengalami cedera apapun.

"Lo lagi, lo lagi. Kenapa sih lo selalu ganggu hidup gue?!" Pelaku menarik tangannya, mengepal semakin kencang. Gigi bergemeretak menahan amarah, suasana hati semakin buruk begitu Aras menghentikannya.

"Gue bakal selalu ganggu lo kalau lo terus menindas siswa lain, Gerandra." Aras melotot, nyalang. Ia ikut kesal juga, mood pagi yang tentram mendadak hancur karena aksi Gerandra. Mengalihkan tatapan ke siswa yang menjadi korban, dengan tangan sedikit mengibas ke samping. "Lo pergi dari sini, sebelum Andra makin habisin lo."

Siswa itu mengangguk cepat. "Terima kasih." Lalu berlari cepat menuju arah keramaian. Siswa itu telah lepas dari genggaman Andra.

"Gue kan udah bilang, tolong jangan berbuat seenaknya lagi ke siswa lain, apalagi bully." Kembali Aras alihkan tatapan ke Gerandra. "Kapan sih lo mau berubah? Kasihan siswa lain, harus selalu takut setiap hari. Lo juga jadi gak punya temen, gue lihat lo selalu sendiri ke mana-mana. Memanfaatkan ketakutan orang lain gak bakal buat lo bahagia dan puas selamanya. Akan ada saat di mana lo merasa kesepian karena gak ada satu pun orang yang mau bersama lo." Aras menjeda perkataan. Mengambil napas sejenak.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang