Chapter Spesial Pandemi

55 20 0
                                    

6 bulan sebelum pandemi dimulai

Pada siang hari di perpustakaan kota, terlihat 6 cewek dan 2 cowok sedang berkumpul di sana. Tak biasanya mereka berkumpul bersama secara lengkap, juga baru kali ini mereka menentukan perpustakaan kota sebagai tempat untuk berkumpul.

Sebenarnya mereka berkumpul di perpustakaan kota bukan bertujuan ingin membaca. Mungkin yang benar-benar membaca hanya Aras seorang. Sisanya melakukan berbagai aktivitas yang tak terduga.

Dika membaca novel namun hanya setengah, setelah itu ia beralih pada novel yang lain. Sembari membaca novel ia terus mengusili Aras yang sedang serius dengan buku nonfiksi-nya.

Veraldi dan Via sibuk menghitung jumlah semut yang sesekali muncul di dekat mereka. Benar-benar absurd mereka ini.

Melinda sibuk membantu penjaga perpustakaan untuk mendata ulang buku yang dipinjam dan dikembalikan, Risa sibuk mengelilingi perpustakaan tanpa henti, Asya yang telah larut dalam tumpukan buku horor yang ia temukan saat sedang gabut, dan yang terakhir Rely yang selalu tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas sejak mereka semua menginjakkan kakinya di lantai perpustakaan.

Aras yang tadinya sudah terbiasa diganggu oleh Dika tiba-tiba bingung, kenapa Dika tak kembali mengusili dirinya. Bukannya berharap untuk diusili, malah ia sebenarnya sangat muak ketika ada yang mengganggunya saat membaca buku. Namun bukan tak mungkin Dika tiba-tiba berhenti melakukan aktivitasnya tanpa alasan yang jelas.

"Lo kenapa Dika? Tiba-tiba berhenti ganggu gue?" tanya Aras penasaran.

"Gue rindu kampung halaman," jawabnya lirih, hampir tak terdengar oleh Aras.

Mendengar jawaban Dika seketika Aras juga merindukan kampung halamannya.

Hufft ..., gara-gara omongan Dika, gue jadi kangen kampung halaman, batin Aras sesak. Sudah bertahun-tahun ia tidak pulang kampung saat libur sekolah, dan itu sangat menyakitkan, melebihi sakitnya patah hati.

"Gue juga, Dika," balas Aras pasrah.

Mereka berdua membungkamkan mulutnya selama beberapa saat. Aras kembali membaca bukunya, dan Dika mengalihkan pandangannya ke jendela perpustakaan, melihat berbagai aktivitas kota dari balik jendela.

"Eh guys, liat deh. Aras sama Dika kok dieman ya?" celetuk Rely pelan, mengundang rasa penasaran sahabatnya juga sahabat Dika.

"Mana, mana?" Via mencari-cari keberadaan Aras dan Dika. "Eh iya ya, kok mereka dieman, sih? Apa jangan-jangan pdkt nya gagal?"

Sisanya mengangkat bahu tanda tak tahu.

"Kayaknya bukan karena itu, deh," Asya menyangkal ucapan Via. "Samper aja yuk," ajaknya.

"Yuk!" seru mereka kompak.

Mereka pun menghampiri dua sejoli yang saling berdiam diri.

"Kayaknya setan pengganggu dateng deh," bisik Dika kepada Aras, dengan posisi yang masih sama seperti sebelumnya.

"Ada-ada aja, lo," gelak Aras.

"Woy!!" pekik Veraldi dan Salsa, dengan Veraldi memegang pundak Dika, dan Salsa memegang pundak Aras.

"Eh, kaget!!" latah Aras dan Dika bersamaan. Yang mendengarnya seketika ngakak olehnya.

"Dasar calon jodoh, kaget aja latahnya sama, bareng lagi," celetuk Via membuat pipi mereka berdua bersemu merah seperti jambu.

Dika dengan cepat mengalihkan pembicaraan. "Kalian semua pada ngapain sih ngumpul di sini?"

"Kita liat kalian tadi dieman, jadi kita kira kalian lagi berantem, jadinya kalian kita samper deh. Buat mengklarifikasi," jawab Melinda jelas, mewakili jawaban Rely, Asya, Salsa, Via, dan Aldi.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang