Tiga puluh tiga

30 19 4
                                    

Entitas bernama cinta memang membuat rasa dan logika berseteru. Tapi kalau akhirnya logika yang menang, apa kabar dengan rasa?
Via Agatha Lzora

"Silahkan, lo curhat dulu, biar gue bisa ngasih solusi yang tepat."

Dika dan Via telah sampai di Cafe dan telah memakan sebagian makanan mereka. Dika memikirkan masalah demi masalah untuk bahan curhat sambil memakan cheese cake.

"Gini, Via ...," Dika mulai menceritakan dari saat Aras mengecapnya sebagai teman, sampai sekarang. Via menyimak dengan baik kata demi kata yang diucapkan oleh Dika.

"Menurut gue sih ... lo nyerah aja. Soalnya gue hafal betul sikap Aras yang keras kepala."

"Kalau gue nyerah sekarang, berarti gue gak berjuang sama sekali dong," protes Dika. Ia tak setuju dengan saran Via.

Via menopang dagunya oleh tangannya. Ucapan Dika memang benar menurutnya. Kalau Dika menyerah sekarang, tak ada perjuangan yang berarti.

Tapi Via tau, Aras tak dapat ditaklukan dengan mudah.

"Ya sudah kalau gitu, lo tetep perjuangin Aras aja. Sebetulnya gue setuju tentang hubungan lo sama Aras, cuma gue tau sikap Aras. Gue harap lo kuat dengan sikapnya yang keras kepala."

Dika tertegun. Sebegitu keras kepala kah Aras? Kalau begitu, ia harus terus berjuang. Aras harus mempertanggungjawabkan rasa yang menetap di hati Dika.

"Oke, gue bakal perjuangin Aras lebih dari sebelumnya. Gue bakal lebih deketin dia bagaimanapun caranya."

***

"Oke, akhirnya selesai!" Aras bersorak girang. Tugas kimia yang soalnya segunung akhirnya selesai dikerjakan olehnya dalam waktu yang cukup singkat.

Ia melihat jam, di ponselnya, dan ternyata waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Aras mengerjakan tugas dari pukul 23.45, alhasil ia menggarap semua tugas fisika selama 15 menit.

Sudahlah, otak kentang mah, mundur saja.

"Gue tinggal chat gurunya sama kasih bukti fotonya."

Aras Oktarlyn
Astaghfirullahaladzim wr.wb Bu, Aras sudah selesai mengerjakan tugas. Ini buktinya.
(Foto hasil tugas)

"Kira-kira kapan dibalesnya, ya? Males kalau kelamaan nunggu." Aras bermonolog.

Tiba-tiba terlihat satu notifikasi di handphone Aras. Dan ternyata itu balasan dari gurunya.

Bu Guru Kimia
Astaghfirullahh Aras, kamu capek ya, ngerjain tugas banyak banget? Ngucap salam aja sampai salah.

"Eh?" kening Aras berkerut. Ia merasa tidak ada yang salah dengan ketikannya.

Tapi saat melihat ulang chat-nya, ternyata guru itu benar. Aras salah mengucapkan salam.

Aras Oktarlyn
Eh, maaf Bu, Aras salah ketik.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Itu Bu, sudah direvisi.

Bu Guru Kimia
Oke. Jangan diulangi lagi ya.

Aras Oktarlyn
Baik, Bu.
Read.

For You:Please Come Back (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang