Entah ini hanya hipotesisku semata atau memang nyata adanya, jiwa kita kini saling terikat. Aku merasa setiap kamu menderita dan butuh pertolongan, aku pasti selalu ada untukmu. Entah bagimu.
Dika Wijayandra15 menit berlalu Aras dibonceng seseorang yang mengaku sebagai teman Dika. Aras merasa sudah sangat lama ia di perjalanan.
"Kok kita belum sampai sih?" tanya Aras heran.
"Jalan yang biasa dilalui Dika sama bus jemputan lo lagi rusak parah. Ada kecelakaan di jalan itu sampe-sampe banyak korban jiwa sama jalanan yang tadinya mulus jadi hancur. Jadi gue ngambil jalan yang beda biar kita gak celaka," jawab orang itu. Aras ber-oh-ria sebagai jawaban.
"Eh btw, lo tau rumah gue, kan? Nanti kalau kita nyasar gimana?" tanya Aras lagi. Kali ini terpancar raut khawatir juga cemas di wajahnya. Wajahnya yang terpantul bebas di spion membuat orang itu mengetahui ekspresi Aras.
"Tenang aja ... gue hafal kok jalannya," jawab orang itu santai.
Merasa jawaban itu cukup untuk mengurangi rasa khawatirnya, Aras tidak bertanya lagi.
10 menit selanjutnya pun berlalu, dan Aras masih berada di motor orang itu. Aras merasa ada yang janggal dengan jalanan dan orang yang memboncengnya, tapi ia berusaha untuk berfikir positif dan percaya pada orang dihadapannya.
"Kok lama banget sih sampainya?" tanya Aras lagi. Ia tampak bosan. Terhitung sudah 5 kali ia menguap saking bosannya.
"Sabar Aras, orang ini jalan tercepat kedua abis jalan yang biasa lo laluin," jawab orang itu santai.
Lha? Jalan lama gini kok dibilang tercepat kedua, sih? Gimana jalan lainnya? Berarti lebih lama dong? Terus kenapa orang ini jawabnya santai-santai aja? Emangnya dia gak capek ya? batin Aras cengo setelah mendengar jawaban dari orang di depannya.
"Hmm .... Ya udah deh, gue baca Wattpad aja," putus Aras pada akhirnya. Aras pun mengambil handphone di tas-nya. Tapi pada saat Aras mencoba menyalakan handphone-nya, kenapa tidak kunjung menyala?
"Yah ... kok lowbat, sih?" Gerutu Aras kesal. Ternyata handphone Aras lowbat sehingga tak bisa digunakan lagi.
7 menit selanjutnya berlalu, juga masih tidak ada tanda-tanda Aras akan sampai ke rumahnya. Firasat Aras mengatakan akan ada hal mengerikan bersama orang ini.
Jalanan yang dilalui semakin sempit, juga tak ada rumah di sekitar jalan ini selain gubuk-gubuk yang sudah tak layak huni.
Hari semakin gelap, dan pepohonan yang dilalui semakin lebat seolah melindungi mereka dari bahaya udara. Tapi bukannya melindungi, pepohonan itu malah terkesan menyeramkan dan mengancam orang yang melaluinya. Aras semakin merasa bahwa jalan ini bukanlah jalan menuju rumahnya. Orang ini pasti akan membawanya ke tempat-tempat yang menyeramkan.
"Ki ... kita mau kemana, ya? Kok makin kesini jalanannya makin serem sih?" tanya Aras terbata. Sungguh, ia sangat ketakutan. Ditambah tatapan dari orang di depannya membuatnya yang terlihat lewat spion menambah poin rasa takut walau tertutup helm.
"Tenang aja, kita bakal ke rumah lo, kok. Jangan khawatir."
Ada nada yang aneh saat orang asing ini menenangkan Aras, nada suara yang terdengar terkesan menyimpan suatu misteri, membuat Aras bergidik ketakutan.
"Kita sudah sampai," ucap orang itu tiba-tiba, membuat lamunan Aras seketika buyar.
"Hah? Udah sampai?" beo Aras. Pandangannya seakan kosong dan wajahnya menampakkan ekspresi linglung. Aras menatap ke depan dan seketika bulu kuduknya berdiri. Bagaimana tidak? Di depannya terpampang sebuah gedung yang terlihat sangat tua dan tak terurus. Banyak lumut di sana-sini, rumput liar tumbuh di sekitar gedung dan banyak tanaman rambat liar yang mengelilingi dinding gedung itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/192706826-288-k897071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
For You:Please Come Back (TAMAT)
Teen FictionSesal dulu sependapat, sesal kemudian tiada guna. Itulah yang dirasakan Aras Oktarlyn, seorang gadis yang telah menyia-nyiakan seorang lelaki yang mencintainya dengan tulus. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk menyia-nyiakannya, namun ada suatu ala...