Terkadang, rasa ingin memiliki itu selalu datang, namun masih kalah dengan rasa sadar diri.
Asya Givara GeisharaAuthor POV
"Eh, Aras, curhat dong ke kita. Apa aja boleh deh," permintaan Asya membuat Aras menaikkan salah satu alisnya."Iya nih, kayaknya gue jarang liat dan denger Aras Oktarlyn curhat deh," ucap Rely juga.
Setelah sekian lama terdiam akhirnya Aras membuka suara.
"Gue bingung mau curhat apa ke kalian."
Kedua sahabatnya mengernyit bingung.
"Kok bingung?"
"Kok bingung?"
Tanya Asya dan Rely serempak.
Aras tak menjawab.
"Jawab dong, Aras," pinta Rely sambil menggoyangkan badan Aras.
Asya yang melihatnya menggeleng pelan. "Rely, jangan gitu dong. Kalau lo maksa, lo malah bikin Aras tertekan."
Rely yang mendengarnya menyengir lebar.
Aras terkekeh melihat sikap dua sahabatnya itu. "Yaudah nih gue mau curhat." Selesai Aras berucap, Asya dan Rely langsung memperbaiki posisi duduknya senyaman mungkin.
"Oke, kita dengerin," ujar mereka berdua serempak.
Aras menarik nafas pelan untuk memulai kata-katanya.
"Kalian tau kan kedekatan gue sama Dika?"
Kedua sahabatnya menganggukkan kepala.
"Biasanya kalau cowok sama cewek deketan-selain hubungan saudara-pasti salah satu diantara mereka merasakan perasaan suka, sayang, atau cinta. Kayaknya gue punya rasa ke Dika, tapi gue masih bingung sebenernya rasa gue ke Dika tuh gimana. Apakah hanya tertarik? Suka? Sayang sebagai teman? Atau cinta?"
Kedua sahabatnya tampak diam mencerna perkataan Aras.
"Jadi selama ini lo masih ragu sama perasaan lo sendiri?" selidik Asya. Aras mengangguk kepalanya mengiyakan.
"Gue kira lo udah tau perasaan lo ke Dika," celetuk Rely.
"Iya tuh, gue kira lo udah bisa nyimpulin sendiri perasaan lo ke most wanted SMA Leo," Asya ikut menambahkan.
Aras memaklumi ucapan mereka berdua, karena mereka belum tau kalau Aras belum pernah pacaran.
"Kalian mau tau alasan kenapa gue gak tau sama perasaan sendiri?" pancing Aras. Kedua sahabatnya langsung mengangguk antusias.
Melihat tanggapan sahabatnya Aras terkekeh. "Jadi gini, alasan gue gak bisa menyimpulkan perasaan sendiri tuh karena gue, sebenernya tuh belum pernah pacaran sama sekali."
Kedua temannya melongo mendengarnya. Tak percaya dengan jawaban Aras. Karena selama ini mereka mengira kalau Aras itu sudah pernah mengalami salah satu hal yang lumrah bagi setiap remaja, yaitu pacaran.
"Demi apa lo gak pernah pacaran?" tanya Rely memastikan. Ia dan Asya benar-benar tak percaya akan ucapan Aras.
"Gue ngomong jujur, sayang. Buat apa coba gue ngebohong," Aras berkata sambil melirik tajam kepada dua sahabatnya.
"Baik-baik, kita percaya kok," ucap kedua sahabat Aras. Mereka tahu kalau Aras menyebut kata sayang berarti Aras benar-benar jujur.
"Bagus," sahut Aras singkat.
Hening mendominasi mereka selama beberapa waktu. Tak ada satupun diantara mereka yang membuka suara. Mungkin mereka semua sedang berfikir mengenai curhatan Aras. Akhirnya, karena tak tahan dengan keheningan ini, Asya mendadak membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You:Please Come Back (TAMAT)
Ficção AdolescenteSesal dulu sependapat, sesal kemudian tiada guna. Itulah yang dirasakan Aras Oktarlyn, seorang gadis yang telah menyia-nyiakan seorang lelaki yang mencintainya dengan tulus. Sebenarnya dia tidak bermaksud untuk menyia-nyiakannya, namun ada suatu ala...