# 4

37 7 1
                                    

Bel tanda masuk berbunyi. Rin menggandeng—lebih tepatnya menyeret Darra untuk mengantarnya ke kelas. Namun, Darra berusaha menahan dirinya, dan hanya mau mengantar Rin sampai ke depan kelasnya sendiri. Karena kelas XI Sos 5 berada di bagian belakang gedung, mereka bisa melihat murid-murid yang menuju ke arah kelas itu dari depan kelas XI Sos 4.

"Katanya mau lihat yang namanya Dika?" bisik Rin.

"Tapi kita cuma lihat aja kan?" tanya Darra. "Janji ya, jangan berisik. Aku enggak mau kalau sampai menarik perhatian yang lain."

Tak lama kemudian seorang cowok bertubuh tinggi dan berambut model dandy menaiki tangga. Ia bersama seorang cowok berkulit putih dan berbadan besar. Maya mencengkeram lengan Darra, membuat Darra langsung bisa menebak, salah satu dari mereka pastilah cowok yang bernama Dika.

"Yang itu, yang itu," cicit Maya sambil mencubit lengan Darra.

Darra mengaduh sambil berusaha melepaskan Maya dari lengannya. "Yang mana?" bisiknya.

"Itu tuh." Sahut Rin tidak sabar. "DIKA!"

Darra terbelalak ketika Rin dengan lantang memanggil nama Dika. Kedua cowok itu langsung menoleh. Begitu pula orang-orang yang berada di dekatnya. Darra yang kaget langsung membuang muka dan bergegas berbalik menuju kelasnya. Namun, dengan cepat Rin menarik lengannya kembali.

"Ada apa?"

Darra bahkan sudah tidak peduli siapa yang bertanya atau yang mana dari mereka yang bernama Dika. Ia hanya ingin kembali ke kelasnya sesegera mungkin. Namun, Rin dan Maya menariknya ke arah kedua cowok yang sedang berdiri di lorong menuju kelas XI Sos 5 itu. Astaga, Darra bisa merasakan wajahnya panas sekarang.

"Ini, teman gue mau tahu yang namanya Dika," kata Rin begitu mereka tiba di depan kedua cowok itu, sementara Darra tetap menunduk memandang sepatunya.

"Kenapa mau tahu soal gue?" tanya cowok yang berada tepat di depan Darra.

Rin berpikir sebentar. "Oh, soalnya pas pelajaran olahraga kemarin, katanya Pak Puji cerita soal cowok yang namanya Dika yang katanya jago main basket. Nah, Darra ini kan termasuk juara umum di sekolahnya yang dulu. Jadi dia mau tahu, yang mana yang namanya Dika. Siapa tahu kalian bisa sharing soal teknik basket, gitu," papar Rin.

Kalau sedang pelajaran mengarang bebas, pasti Rin sudah dapat nilai seratus sekarang, batin Darra.

"Oh, gitu. Boleh."

Darra melihat sebuah tangan terulur ke arahnya. Ia mendongak dan bertatapan langsung dengan cowok berambut dandy tadi yang sedang tersenyum ke arahnya. Darra sempat terpana melihat cowok berhidung mancung dengan tahi lalat di pipi kanan yang berdiri di depannya ini. Ia terlihat manis dengan kulitnya yang agak gelap karena sering terkena sinar matahari. Maya menyenggol lengan Darra, menyadarkannya dari kekagetannya. Darra balas mengulurkan tangannya.

"Dika," kata cowok itu sambil menjabat tangan Darra.

"Darra," gumam Darra. Ia buru-buru melepaskan tangan Dika.

"Yang ini namanya Ivan. Dia juga jago main basket," kata Dika sambil menunjuk teman di sebelahnya.

"Elo Andarra, kan? Yang sering bareng sama Agung itu kan?" tanya cowok yang bernama Ivan itu.

"Oh iya, ya. Pantas kayaknya pernah lihat di mana, gitu," sahut Dika.

"Ada apa pada nongkrong di sini?"

Mereka menoleh. Agung muncul bersama seorang cowok tinggi kurus dengan wajah sedikit jutek. Agung memandangi mereka satu per satu meminta jawaban.

"Enggak ada. Sana, balik ke kelas lagi, ya!" kata Rin sambil mendorong Darra.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang